ASYIKNYA BELAJAR DENGAN MADING

Oleh : Nanang Zaenudin, S. Pd. I.
Guru PAI SDN Cinangka Bungursari Kabupaten Purwakarta

 Ada dua pertanyaan penting yang harus diberikan kepada siswa setelah ia belajar bersama gurunya, dan siapapun boleh melakukannya. Pertama, “Senangkah ia belajar bersamanya?” Kedua, “Apa yang engkau pelajari?”

Pertanyaan pertama cukup penting untuk diajukan mengingat proses pembelajaran akan jauh lebih optimal saat dilaksanakan dalam keadaan yang senang (Bobbi DePotter,2000). Sedangkan pertanyaan kedua disampaikan untuk mengetahui kemana kesenangan itu diarahkan.

Jika ingin sekedar menjadikan ruang kelas itu menyenangkan barangkali relatif mudah karena begitu banyak hal lucu yang bisa diangkat baik berupa cerita maupun tingkah, bahkan sikap dan ucapan berbau satire sekalipun.

Namun, ketika pertanyaan itu diikuti dengan yang kedua maka akan sedikit menantang karena para guru akan dipaksa untuk menunjukkan kemampuannya dalam membangun suasana senang tersebut sebagai kemasan untuk mempelajari sesuatu.

Membuat Mading Digital

Majalah Dinding atau dikenal dengan nama Mading rasanya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga, hampir setiap sekolah mempunyai mading. Namun terkadang keberadaannya kurang diperhatikan. Tidak jarang mading yang terpampang di sekolah kertasnya sudah lapuk dan tulisannya sudah tak terbaca lagi.

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2021 dan Surat Edaran Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi  Nomor 2 Tahun 2022  tentang Diskresi Pelaksanaan Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid 19, serta hasil rapat Dinas Pendidikan dengan gugus tugas covid-19 Kabupaten Purwakarta yang dihadiri oleh Bupati Purwakarta dan seluruh stakeholder Pendidikan pada tanggal 05 Januari 2022 lalu, diputuskan untuk menunda kembali pembelajaran tatap muka yang rencana sebelumnya akan dibuka pada awal semester genap tahun ajaran 2021/2022.

Dan itu artinya para peserta didik kita kembali melaksanakan pembelajaran dari rumah (BDR) dengan system dalam jaringan (Daring) dan luar jaringan (Luring).  Namun demikian kondisi ini tidak harus menjadi kendala bagi berlangsungnya kegiatan literasi para peserta didik. Banyak hal yang dapat mereka pelajari di luar kelas salah satunya dengan media mading ini.

Penulis memberi keluasan pada siswa untuk berekspresi lewat tulisan, bisa berbentuk puisi, kisah sehari-hari, cerpen, pantun maupun gambar karikatur yang berisi pesan yang ingin disampaikan. Semua kreatifitas ataupun produk siswa yang telah siap dipublish kesemuanya disajikan menjadi satu dalam bentuk gambar sebagai media komunikasinya.

Selain berfungsi sebagai media komunikasi antara siswa dengan siswa yang lainnya dan juga dengan sekolah, mading juga berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis. Minat dan kegemaran menulis bisa dimulai dan dikembangkan melalui mading.

Mading juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk membiasakan kegiatan membaca dan menulis. Bahkan jika mading dikelola dengan baik akan menjadi penghubung antara pihak sekolah dengan seluruh warga sekolah.

Dewasa ini, pengembangan teknologi 4.0 menjadi focus penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut memiliki kreativitas tinggi dalam penguasaan teknologi dan pengaplikasiannya pada pembelajaran. Salah satu bentuk penggunaan teknologi yang dilakukan adalah dengan membuat mading digital.

Di era digital seperti sekarang ini keberadaan mading yang awalnya dibuat secara konvensional seiring dengan perkembangan teknologi dibuat dan dipublish dengan cara digital.

Dari mading, seluruh warga sekolah khususnya peserta didik dapat mengembangkan potensi terutama di bidang literasi. Karya tulis siswa maupun guru bisa di publikasikan lewat mading. Baik dengan cara konvensional maupun digital.

 

Salam Literasi !!!

Indonesia Berkarya !!!

***

Featured image disediakan oleh akurat.co

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia