Herimirhan, S.Ag Guru PAI SMP Lazuardi Haura Global Compassionate
Pengurus DPW AGPAII Provinsi.Lampung
Moment peringatan hari lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2022 pasca berkecamuknya virus covid 19 yang berimbas pada lini kehidupan dari masalah sosial kemasyarakatan dengan menerapkan 5 M memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas. Di dunia pendidikan pembelajaran harus dilakukan secara daring dengan memanfaatkan Zoom Meeting, Google Meet, Video Converence, dll. sebagai media alternative menggantikan peran tatap muka. Mengacu pada Surat Edaran Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Nomor 4 Tahun 2022, peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini mengangkat tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia“.
Kita mulai dengan menelisik kembali fakta sejarah tentang hadirnya Pancasila yang merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dikutip dari buku Sejarah dan Budaya Politik (2002) karya Satya, lahirnya Pancaila berawal dari Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengadakan sidang pertama dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Rapat tersebut dilakukan di gedung Chuo Sangi In yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Presiden Soekarno menyampaikan gagasannya yang dinamakan ‘Pancasila’. Pada saat bersamaan, juga beliau menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia. isinya mirip dengan Pancasila yang kita kenal sekarang: sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”. Dari narasi inilah terbentuknya Pancasila hingga kemudian diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Terlepas dari konteks sejarah, Pancasila juga memiliki korelasi yang erat dengan nilai nilai religiusitas dan moderat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana terlukis jelas dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini mempertegas bahwa negara Indonesia bukan negara yang berdasarkan suatu agama tertentu, dan bukan pula negara yang memisahkan agama dan negara. Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa memposisikan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai jiwa bagi keutuhan Negara Kesatuan Rupublik Indonesia.
Pancasila dan agama adalah hubungan yang saling membutuhkan. Pancasila menjamin kehidupan beragama dapat berlangsung dengan aman, tentram dan damai sedangkan keberadaan agama memberikan peningkatan moral bangsa. Negara Pancasila dengan hukum-hukum positifnya pada dasarnya sudah sesuai dengan nilai religiusitas (religious value) dengan konstruksi masyarakat madani. Lewat jalur kultural diharapkan pada suatu saat hukum positif yang bernafaskan Islam dapat diterima oleh masyarakat Islam dan masyarakat di luar Islam.
Dari sudut pandang Islam (baca: alquran) Pancasila tidak sama sekali kontradiktif dengan ajaran Islam. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang esensi maknanya sama dengan kandungan lima sila yang terkamtub dalam Pancasila. Sila petama sangatlah selaras dalam satu warna dengan esensi ayat Al-Qur’an di bawah ini. Allah Ta’ala berfirman : Artinya: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS.al-Ikhlas:1-4).
Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Memiliki arti yang mendalam bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama walaupun dengan latar belakang suku, agama, ras, budaya, status, dan keturunan yang berbeda. Selain itu, bangsa Indonesia juga menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), menghormati dan menghargai satu sama lain. Dalam problematika penegakan hukum yang berlaku, setiap orang berhak diperlakukan secara berkeadilan dan beradab.sementara dalam alquran kembali dipertegas dengan firman Allah SWT Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.al-Hujurat:13).
Sila ketiga “Persatuan Indonesia”, menggambarkan sebuah kemajemukan dan keberagaman masyarakat Indonesia yang dihiasi dengan ribuan pulau, suku yang berbeda-beda hidup di dalamnya. Begitu pula aneka bahasa daerah yang dipergunakan sehari-hari. Karena itu dalam sila ke-3 Pancasila, terkandung butir-butir pengamalan yang memuat nilai-nilai, isi, serta penjelasan rinci karena bangsa Indonesia sangat majemuk. Dikutip dari Buku Pancasila dalam Pusaran Globalisasi (2017) yang disunting oleh Al Khanif, mengungkap bahwa nilai-nilai luhur Pancasila dalam berbagai kondisi masyarakat dapat digali sebagai kunci untuk menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi oleh segenap rakyat Indonesia. Dialektika tersebut selaras dengan nilai yang terkandung dalam fiirman Allah SWT, Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.al-Hujurat:10).
Sila Keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”, menggambarkan bagaimana sebuah demokrasi dijunjung tinggi dan mengedepankan demokrasi di atas apapun. Setiap individu memiliki nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dipertajam dengan firman Allah SWT artinya “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.“ (QS.al-Imran:159).
Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengajarkan kita untuk menghargai hak milik orang lain sehingga kita menjauhi dari sikap mencuri atau mengambil sesuatu yang bukan menjadi milik kita. Selain itu, kita harus senantiasa menjaga ketertiban dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain dalam aktivitas sehari-hari.bagaimana menjalin interkasi, kolaboorasi dan sinergi antar sesama umat manusia tanpa harus melihat segi perbedaan.sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam QS.al-Hujurat:13 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” []
Featured picture oleh freepik