Dalam Harta Kita Ada Hak Fakir, Miskin dan Anak Yatim

Oleh : Jufri Aswad, S. Ag

Islam adalah agama yang diridhai oleh Allah swt, hudan linnas, pedoman hidup seluruh manusia, universal, meliputi seluruh aspek kehidupan, sesuai atau up to date untuk segala zaman dan tempat, mengajak kepada kesempurnaan hidup lahir-batin, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Umat Islam, wajib mengamalkan ajaran Islam dalam tingkah laku konkrit, nyata, yakni amalan shalih, dalam berbagai sektor kehidupan.

Dalam siklus sosial, interaksi dengan orang lain tidak bisa dipisahkan. Apakah golongan hartawan, orang-orang yang melarat atau fakir-miskin, pejabat, rakyat biasa, dan cendekiawan atau ilmuwan. Hubungan sosial ini dalam pandangan Islam adalah sebagai pererat hubungan persaudaraan (ukhuwah islamiyah). Satu sama lain saling memperhatikan dan saling membantu dalam mengatasi segala permasalahan hidup. Yang perlu diingat adalah dalam harta kita ada hak-hak Allah dan juga ada hak orang-orang yang lemah (fakir-miskin). Sembari menjalankan ibadah puasa, beberapa instropeksi (Muhasabah) yang sepatutnya kita tafakkur adalah, sejauh mana amal ibadah yang kita lakukan, hubungan silaturrahmi yang pernah terjalin, orang-orang dhu’afa (lemah) yang pernah terbantu hidupnya oleh uluran tangan kita, anak-anak yatim yang pernah merasakan sentuhan tangan kita, dan orang tua yang telah melahirkan kita yang selalu kita jaga rasa takdhim dan berbuat baik dengan ayah dan ibu kita.

Ada seseorang datang kepada Nabi saw., lalu bertanya :

Wahai Rasulullah, manakah shadaqah yang paling utama?”.

“Bershadaqah sewaktu kamu sehat, mempunyai perasaan sayang, takut miskin dan mengharap kaya. Dan janganlah kamu menunda (shadaqah) hingga apabila roh telah sampai ditenggorokan, lalu kamu berkata ‘Untuk Fulan sekian, dan untuk Fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi milik Fulan (ahli Waris)’”. (HR. Bukhari)

Disekeliling kita banyak orang-orang berilmu, orang yang berlimpah harta, ahli beribadah, mempunyai jabatan dalam masyarakat. Akan tetapi masih kurang kepedulian terhadap fakir-miskin dan anak-anak yatim. Padahal kunci syurga ada pada mereka yang selalu berbuat baik kepada kaum kerabat, fakir-miskin dan anak-anak yatim. Harta itu sebenarnya milik Allah sedangkan manusia hanya memegang amanah atau pinjaman dari-Nya. Sebagaimana dijelaskan oleh Al-qur’an : “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah dari sebagian dari hartamu yang Allah telah meminjamkan kepadamu. “(QS. Al-Hadid: 7).

Bulan suci Ramadhan adalah kesempatan yang sangat besar diberikan oleh Allah swt. kepada kaum muslimin. Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang mulia dan dibukakan pintu rahmat, pengampunan dosa dan Allah swt. membersihkan segala dosa orang yang ikhlas menjalankan ibadah puasa dengan keimanan dan takwa. Bersyukur kepada Allah karena kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadan tahun ini, sementara banyak saudara-saudara kita yang terlebih dahulu dipanggil oleh Allah untuk menghadap-Nya. kepada kaum muslim. Beribadah, beramal, berinfak dan bersedekah dibulan ramadhan akan mendapatkan nilai pahala yang lebih banyak  dari Allah swt. Memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa secara ikhlas, meringankan beban hidup kaum fakir-miskin akan dilipatgandakan pahala oleh Allah swt.

Abdullah bin Umar ra. Berkata “Rasulullah saw bersabda: “Seorang Muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiaya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain, Dan siapa yang menyampaikan hajatnya, dan siapa yang melapangkan kesusahan sesama muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari kiamat (HR. Bukhari).

Menjelang hari raya Idul Fitri 1442 H, kebutuhan hidup semakin meningkat. Bagi orang-orang yang berekonomi mapan tidak menjadi masalah. Akan tetapi bagi kaum fakir-miskin sangat sulit untuk memenuhinya. Biaya untuk anak-anak ke sekolah menjelang tahun ajaran baru, untuk makan sehari-hari, persiapan lebaran Idul fitri merupakan suatu beban hidup bagi mereka. Untuk itu bagi orang-orang yang mampu dan mempuyai kelebihan rezeki, hendaknya membantu kaum fakir, miskin, dan anak-anak yatim supaya mereka dapat bergembira dalam merayakan hari raya Idul Fitri.

Jangan biarkan kunci syurga terbuang, lihat kesusahan hidup orang lain, rajin membaca Al-qur’an, dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan kunci untuk membuka indahnya syurga Allah di hari yaumil qiyamah. Membuang kunci syurga adalah perbuatan yang rugi. Tidak membantu kaum lemah (dhu’afa), tidak menyantuni anak-anak yatim, tidak berbakti kepada kedua orang tua, malas membaca al-qur’an, dan malas melakukan ibadah pada bulan Ramadan adalah membuang kunci syurga. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencapai derajat muttaqin dan dimasukkan kedalam syurga Allah Swt.

***

Penulis adalah Guru PAI SMA Inshafuddin Banda Aceh

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia