Oleh : Rakhmi Ifada, S.Ag., M.Pd.I.
(Guru SMAN 1 Cigombong, Bogor)
Mengapa Isra’ Mi’raj diperingati setiap tanggal 27 Rajab? Karena isra‘ dan Mi’raj merupakan dua peristiwa penting dalam perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sepanjang satu malam dari Mekah menuju Yerusalem dan kemudian naik ke surga bertemu Allah SWT.
Dalam Qs. A l Isra ayat pertama, Allah berfirman yang artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dijelaskan bahwa Isra’ merupakan perjalanan yang dilakukan malaikat Jibril A.S bersama Nabi Muhammad SAW di suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dengan menunggangi ‘Buraq’ (hewan yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal). Sedangkan Mi’raj adalah kenaikan Rasulullah ke surga.
Isra’ Mi’raj itu terjadi pada saat Rasulullah SAW menghadapi cobaan dan musibah kehilangan yang hebat. Rasulullah baru saja menghadapi tahun kesedihan karena kehilangan istri tercintanya, Khadijah RA dan pamannya, Abu Thalib. Setelah melalui begitu banyak kesedihan dan penderitaan, Allah ingin memberikan hadiah yang indah dan menghibur untuk Rasulullah. Di sisi lain, Allah juga menegaskan bahwa tujuan perjalanan itu adalah untuk menunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW beberapa dari tanda-tanda kebesaranNya.“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan”. (Qs. Asy-Syarh 94:5).
Bagaimanakah keutamaan dari Isra dan mi’raj? Setiap tahun kita selalu hadir dan memperingati Isra’mi’raj Nabi Muhammad SAW baik di masjid, di sekolah, di majlis-majlis ilmu. Yang sesungguhnya merupakan perjalanan beliau untuk menunjukkan kebesaran Allah dan mukjizatNya. Ketika itu Nabi Muhammad SAW melaksanakan salat bersama nabi-nabi lain di surga dan beliau juga dapat melihat Jibril dalam wujud aslinya. Nabi Muhammad SAW mencapai Sidratul Muntaha (pohon bidara misterius yang menandai akhir dari langit ke tujuh) dan menjadi satu-satunya manusia yang diizinkan untuk melewati batas tersebut. “Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar” [Q.s.An-Najm 53:18].
Masyarakat Karangsambung, Kebumen melestarikan tradisi Ambengan pada peringatan Isra Mi’raj
(Sumber: Kebumen Ekspress)
Isra’ Mi’raj merupakan penetapan dan perintah untuk berdoa kepadaNya. Perintah salat diturunkan Allah dari langit ketujuh, sedangkan tugas dan ibadah lainnya diturunkan melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Inilah bukti pentingnya salat dan keutamaan untuk menjalankannya.
Isra Mi’raj sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang sesungguhnya dan yang terakhir di antara mereka “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku” (Q.s.Al-Anbiya 21:25).
Isra Mi’raj, bukti cinta dan perhatian Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya. Memahami bahwa perintah awal salat mungkin terlalu berat untuk diikuti umatnya, Nabi terus memohon kepada Allah yang Maha Penyayang untuk mengurangi jumlah salat wajib. Akhirnya, jumlah salat wajib dikurangi menjadi lima kali dalam sehari. Atas dikabulkannya permintaan tersebut oleh Allah SWT, Rasulullah SAW merasa sudah cukup dan tidak lagi memohon lebih banyak. Sejak saat itu, amalan salat lima waktu pun wajib dijalankan oleh semua umat Islam di dunia.
Bisa kita bayangkan seandainya Rasulullah SAW tidak memohon keringanan solat dari lima puluh waktu menjadi salat lima waktu, umat Islam pasti tak akan sanggup melaksanakannya. Oleh karenanya kita harus banyak bersyukur atas nikmat kewajiban salat lima waktu, dapat menjalankan dengan disiplin dan tepat waktu. Ketika panggilan azan berkumandang, bersegeralah untuk melaksanakan salat jangan ditunda-tunda.
Menunda salat sama artinya dengan melalaikan salat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa salat pada awal waktunya, maka naiklah salatnya itu ke langit dengan diliputi cahaya hingga sampai di ‘Arsy, lalu ia (salat itu) membacakan istighfar untuk orang yang melakukan salat itu hingga hari kiamat, sambil berkata: “Semoga Allah memeliharamu”, sebagaimana engkau memelihara aku. Jika seseorang itu salat tidak pada waktunya (ghairi waqtiha, menunda-nunda hingga masuk pada waktu salat selanjutnya), maka salat itu akan naik ke langit diliputi kegelapan. Dan bila sampai ke langit, ia dilipat bagaikan baju yang rusak, lalu dilemparkan ke wajah orang yang melakukannya itu”.
Karenanya segeralah salat, tinggalkan urusan dunia, urusan bisnis, jual beli dan sebagainya. Bersegeralah ambil air wudu ketika azan memanggil kita untuk salat berjamaah di masjid ataupun di musholla. [*]
Bogor, 27 Rajab 1443 H
Featured image disediakan oleh sigermedia.com