Iedul Fitri, Hari Kemenangan

Oleh : Rahmi Ifada

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, penuh ampunan dan terbebas dari api neraka. Setelah satu bulan berpuasa datanglah Hari Raya Iedul Fitri. Pada hari tersebut terdapat kata yang teramat penting yakni fitrah. Kata ini menjadi kunci sukses dan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.

Iedul Fitri terdiri dari dua kata, ied dan fitr. Kata ied berarti “merayakan” atau ada pula yang mengartikan sebagai “kembali”. Adapun kata fitr artinya “berbuka” (ifthar) namun ada pula yang mengartikan “suci” (fithrah).

Dengan demikian dari sisi bahasa, Iedul Fitri memiliki arti “merayakan berbuka”. Pada hari raya ini yang jatuh pada tanggal 1 Syawal umat Islam diharamkan berpuasa, melainkan harus “berbuka” atau tidak berpuasa.

Namun dari sisi amalan ibadah, makna fitrah berkaitan dengan bebas dari dosa dan kembali ke akidah yang lurus. Maka banyaklah orang yang mengibaratkan “kembali seperti bayi yang baru dilahirkan, bersih dan suci”. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitran Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Rum:30).

Berkaitan dengan masalah akidah, kondisi akidah bayi baru dilahirkan adalah masih suci. Sabda Nabi Muhammad saw bahwa setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah kesucian, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Dengan demikian akidah orang yang selesai menjalankan ibadah Ramadhan kembali ke akidah yang lurus, mampu menilai mana yang baik dan yang buruk, tidak melakukan ghibah, curang dan maksiat.

Bagaimana bila ia masih saya melakukan hal-hal yang seharusnya dihindari? Berarti ia belum mampu menyerap makna fitrah yang sebenarnya.

Hal terpenting pasca Ramadhan adalah mampu menjaga kesucian (fitrah). Menjadikan Al Quran sebagai pedoman dalam berfikir, berkata dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah makna kemenangan yang sebenarnya, yakni mampu menjaga kelanggengan ibadah yang telah dilaksanakan selama bulan Ramadhan sehingga kemurnian akidah juga turut terjaga. Dengan demikian jiwa kita kembali menjadi fitri, suci dan bersih seperti bayi yang baru dilahirkan sang ibu.

Wallahu a’lam bishshawab

(Rahmi Ifada, S.Ag., M. Pd.I, Bendahara DPP AGPAII, Guru PAI SMAN 1 Cigombong, Kab. Bogor, Jawa Barat).

 

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia