KESOMBONGAN IBLIS

Oleh : Dr. Ajang Kusmana, M.Ag.

Bermula ketika Allah mengajarkan kepada Nabi Adam as. Kepadanya diberitahukan nama-nama segala sesuatu. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Adam as untuk mempertunjukkan objek-objek tersebut di hadapan para malaikat sembari Allah swt berfirman kepada mereka: “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua objek yang ada itu, jika kalian memang berkata benar bahwa kalian lebih pantas untuk dijadikan khalifah di muka bumi daripada mereka!” (Lihat QS. Al-Baqarah Ayat 32)

Setelah Allah Ta’ala memberitahukan kepada mereka nama-nama itu, Allah berfirman kepada malaikat: “Sungguh Aku telah mengabarkan kepada kalian bahwa Aku ini lebih mengetahui apa-apa yang samar bagi kalian baik di langit maupun di bumi, dan Aku lebih mengetahui terhadap apa yang kalian tampakkan maupun rahasiakan.”

Lantas semua malaikat diperintahkan untuk memberi sujud penghormatan kepada Nabi Adam. Para Malaikat mengikuti perintah Allah, namun iblis membangkang dan merasa lebih tinggi derajatnya dibanding Adam. Ia merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah.

Allah nukilkan peristiwa keangkuhan iblis atas perintah-Nya untuk sujud (menghormati keunggulan dan kelebihan) pada Adam dalam firman-Nya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 34).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dosa pertama kali terjadi adalah kesombongan dan keangkuhan iblis terhadap perintah Allah. Sifat ini telah menggiring iblis pada kekufuran dan keingkaran berkelanjutan.

Iblis memandang dirinya sebagai ciptaan Allah yang lebih mulia. Kemuliaan iblis pada aspek asal penciptaan, ketekunan ibadah, kekuatan (kekuasaan), dan derajat kemuliaan lainnya. Namun, tanpa disadari keangkuhan atas apa yang dimiliki justeru menyebabkannya terusir dan menjauh dari rahmat Allah.

Bila iblis yang begitu banyak kelebihan bisa terkeluar dari surga (rahmat) Allah akibat keangkuhannya, bagaimana dengan manusia yang kadang melampaui kesombongan Iblis.

{ قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ }

“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Al A’raaf (7) : 12

, { قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ }

“Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Al-Hijr (15) : 32

{ قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ }

“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” Shad (38) : 75

Perbedaan konteks di setiap ayat menunjukkan bahwa yang dilaknat Allah adalah tiga macam maksiat iblis sekaligus, yaitu : melanggar perintah, meninggalkan jamaah, dan meyombongkan diri dan meremehkan penciptaan Adam.

Sujud yang dimaksud bukan sujud ibadah, melainkan sujud At-Tahiyyah (Sujud Penghormatan). Sujud At-Tahiyyah pernah disyariatkan pada ummat terdahulu (Ayah, Ibu, dan saudara-saudara Nabi Yusuf) sebagai bentuk penghormatan.

Tanah dan api adalah unsur penciptaan. Menurut iblis api lebih baik daripada tanah. Padahal sesungguhnya tanah lebih baik daripada api, karena tanah lebih banyak manfaatnya. Seorang yang angkuh pada hakikatnya hanya merasa besar, padahal kerdil, merasa mulia, padahal hina, merasa mampu padahal nihil. Api terlihat lebih hebat dari tanah, padahal ia menyimpan banyak kelemahan jika dibandingkan tanah, berikut ini uraiannya.

1. Api sifatnya membakar, dan memusnahkan. Berbeda dengan tanah yang sifatnya menumbuhkan dan menjadi sumber rezeki serta kehidupan banyak makhluk hidup.

2. Api sifatnya berkobar, menjulang, tidak tenang, sangat mudah diombang-ambingkan oleh angin. Berbeda dengan tanah yang sifatnya kokoh, tidak gampang berubah, dan tenang.

3. Makhluk hidup bisa bertahan hidup tanpa api tetapi tidak bisa bertahan hidup tanpa tanah.

4. Api dapat padam oleh tanah, sedangkan tanah tidak binasa oleh api. Semakin api membesar semakin punah kehidupan, berbanding terbalik dengan tanah, dimana semakin luas semakin bermanfaat.

Ketika semua kelemahan iblis tersingkap, maka untuk menutupi segala aibnya, iblis minta ditangguhkan  kematiannya untuk menggoda Adam dan turunan adam. Inipun sesungguhnya keputusan yang salah dan fatal dalam mengisi umur. Jadi kesombongan hanya akan mengakibatkan rentetan kesalahan dan kerugian. Allah -Ta’ala- berfirman :

قَالَ أَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ • قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلْمُنظَرِينَ • قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ • ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ

• (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”
• (Allah) berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.”
• (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
• kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raaf: 14-17).

Allah memberikan tangguhan atas kematian iblis. Tidak cukup sampai di situ, iblis kemudian berjanji bahwa oleh karena Allah telah menyesatkannya, maka pasti kelak iblis dan bala tentaranya akan menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk hal itu. Bahkan, dalam uraian ayat tersebut dijelaskan juga cara mereka dalam menghalangi manusia dari jalan Allah adalah mereka akan mendatangi manusia dari arah depan, belakang, sebelah kanan dan kiri. Itulah konsep yang digunakan, mereka memiliki misi yaitu untuk menyesatkan seluruh manusia dari semua lini.

Dan konsep terakhir yang dijalankan oleh iblis, ialah agar manusia tidak mau bersyukur kepada Allah. Potensi yang telah Allah karuniakan/amanahkan kepada manusia dibuatnya manusia menjadi hilang kesadaran. Sehingga manusia menjadi tidak sadar dengan fitrahnya, sebagai muslim tidak sadar lagi bahwa hidupnya telah diatur oleh Allah, dengan tuntunan berupa wahyu (al-Quran dan sunnah) sebagai pedoman hidupnya.

Wallahu a’lam.

(***)

Featured image disediakan oleh jinromin.wordpress.com

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia