Ketum DPP AGPAII : Peta Jalan Pendidikan Tak Berbasis Filsafat Ki Hajar Dewantara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), Manhan Marbawi pengiriman konsep jalan pendidikan (PJP) yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak berdasarkan pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, jalan itu cenderung mengarahkan siswa menjadi manusia yang pasti bekerja di industri kapitalis.

Padahal, menurutnya yang penting dalam pendidikan bukan hanya lulusan yang siap bekerja di industri. Namun, pendidikan harus bisa menguatkan identitas dan jati diri bangsa sebagai rekayasa sosial untuk menguatkan ideologi Pancasila. Pendidikan harus mampu membangun generasi yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.

“Tujuannya memang baik, siapkan tercipta yang siap bersaing, siap menghadapi dunia yang destruktif. Tapi lupa bahwa kesiapan menciptakan ke depan itu tetap harus memiliki landasan atau pondasi keagamaan, lupa siapkan menciptakan yang memiliki pondasi nilai-nilai kearifan lokal,” kata Manhan dihubungi  Republika .co.id , Kamis (11/3).

Ia menyebutkan, hal yang berkaitan adalah filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yaitu kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas, artinya pendidikan harus melanjutkan dan merawat budaya-budaya daerah atau satu.

Konvergensi adalah pendidikan yang harus mempersiapkan generasi atau siswa yang mampu berdialog dengan budaya bangsa lain. “Artinya, punya kemampuan untuk menyerap berbagai macam informasi teknologi keilmuan, tapi tidak kehilangan akar budayanya,” kata dia lagi.

Selain itu, menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan juga harus bersifat konsentris. Artinya, pendidikan harus mampu melahirkan generasi yang inovatif dan kreatif. Manhan menjelaskan, jika ketiga filosofi ini diterapkan dalam peta jalan maka pendidikan tidak akan menjadi sekuler.

“Juga harus didasarkan pada pancadarma Ki Hadjar Dewantara yaitu kebudayaan, kemanusiaan, kearifan lokal, dan juga nilai-nilai kebangsaan,” kata Manhan.

Hal senada Proposal Pemerhati Pendidikan dari Vox Populi Institute Indonesia, Indra Charismiadji. Itu hasil peta jalan yang sudah tersusun Kemendikbud tidak terasa cita rasa Indonesianya yth. Pelajar Pancasila.

“Kayaknya yang menyusun ini bukan orang Indonesia karena tidak ada cita rasa Indonesianya. Tidak hanya tidak sesuai dengan konstitusi,” kata Indra.

Ia menilai, beberapa hal belum disentuh dalam pra konsep peta jalan yang dibuat tersebut. Antara lain budaya asli Indonesia tidak disentuh, dan tidak berbicara tentang pendidikan nonformal.

“Jadi singkatnya ini jalan sekolahan. Diarahkan ke pendidikan formal,” ujar dia.

***

Berita ini telah dimuat di https://www.republika.co.id/berita/qpsxjx485/pjp-dinilai-tidak-berbasis-filsafat-ki-hajar-dewantara

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia