Oleh: Dr. Ajang Kusmana, S.Ag., M.Ag.
Orang tua adalah sosok yang berjasa dikehidupan kita. Orang tua adalah perawat pertama dan utama ketika kita tidak berdaya. Orang tua adalah guru pertama yang mengajarkan banyak hal, terutama pelajaran hidup yang berharga.
Setiap orang tua memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak. Tidak perlu dibanding-banding bahkan disamakan dengan orang tua lain. Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Orang tua, terutama ibu dengan bahasa hati mampu mendengar apa yang belum dikatakan oleh anaknya.
Merawat orang tua ketika renta dan melemah fisiknya merupakan bakti yang tertinggi yang dilakukan oleh anak. Bila kita searching di youtube terdapat puluhan video motivasi yang mengharukan yang dilakukan oleh berbagai manusia yang berbeda keyakinan. Satu hal yang saya garis bawahi adalah bahwa mereka berbuat baik atau merawat orang tua hanya sebatas balas budi terhadap orang tua. Namun Islam menganjurkan untuk bakti kepada orang tua bukan sebatas ingin balas budi atau balas jasa, tetapi dianggap sebagai ibadah yang terbaik bahkan disetarakan dengan beribadah mentauhidkan Allah azza wajalla.
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim. (QS. Al-Ahqaf (46) Ayat 15)
Ayat tersebut menjelaskan tentang wasiat Allah swt yang memerintahkan para anak untuk berbuat baik terhadap orang tua dengan berkata yang lemah lembut, memberikan nafkah, mencukupi kebutuhannya, serta perbuatan baik lainnya. Diksi kata yang digunakan adlah wasiat, berarti mengandung pesan yang sangat penting.
Selanjutnya Allah swt menjelaskan sebab untuk bakti terhadap orang tua, yaitu terutama peran ibu yang dihadapi pada saat mengandung., selanjutnya beban berat pada saat melahirkan merupakan beban yang teramat besar, dilanjutkan lagi dengan beban menyusui dan merawat. Semua beban berat tersebut tidak berlangsung hanya sesaat, namun hal itu berlangsung dalam waktu yang lama yaitu, “tiga puluh bulan,” menjalani hamil menghabiskan waktu kurang-lebih sembilan bulan, dan sisanya untuk menyusui.
“Sehingga apabila ia telah dewasa,” yaitu mencapai puncak kekuatan dan kematangan akal, “dan umurnya sampai empat puluh tahun, lalu berdoa, ‘Ya Rabbku, tunnjukilah aku’,” artinya, berilah aku pertolongan “untuk mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku,” yakni nikmat agama dan dunia serta rasa syukurnya dengan menggunakan kenikmatan tersebut dalam ketaatan terhadap Allah swt.
Doa yang terdapat dalam ayat tersebut adalah berkaitan dengan Abu Bakar Ash Shidiq ketika berusia genap 40 tahun. Kemudian Allah mengabadikan doanya dalam ayat tersebut. Sahabat Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang seluruh keluarganya masuk Islam di era awal, dan salah satu putrinya menjadi isteri Rasulullah saw, yaitu Aisyah binti Abu Bakar ra. Keluarga Abu Bakar ra adalah tipe keluarga ideal dan patron yang kaum beriman.
Allah swt memuliakan kedudukan orang tua karena peran-peran mulia yang telah dilakukan yang belum tentu seorang anak bisa membalas kebaikannya. Orang tua punya kedudukan yang tinggi dan mulia, sehingga memperhatikan keduanya adalah kebajikan utama, bahkan berlanjut hingga ke negeri akhirat, dan salah satu kebaikan yang terus mengalir keutamaannya sekalipun orang tua telah wafat adalah ketika seorang anak menjadi saleh dimana seluruh pahala kesalehannya mengalir terus menjadi amal jariyah bagi orang tua.
Berbakti kepada orang tua nilai kebaikannya setara dengan jihad sebagaimana penjelasan Rasulullah saw dalam hadis dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra.
جَاءَ رَجُلٌ إلى النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، يَسْتَأْذِنُهُ في الجِهَادِ فَقالَ: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قالَ: نَعَمْ، قالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ.
الراوي : عبدالله بن عمرو | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم
الصفحة أو الرقم : 2549 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح
Ada seseorang yang mendatangi Nabi SAW, dia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi SAW lantas bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya. (HR Muslim 2549).
Merawat orang tua ketika senja akan mengundang banyak keberkahan sebagaimana hadis dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
الراوي : أبو هريرة | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم
الصفحة أو الرقم : 2551 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح
Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga. (HR. Muslim no. 2551)
Hadis tersebut mengandung hikmah diantaranya :
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan jelek bagi orang yang durhaka pada orang tua. Yang dimaksud “roghima anfuh” adalah hidungnya ditempeli debu. Dan maksud perkataan seperti ini adalah doa kejelekan yaitu doa kehinaan dan kefakiran.
2. Berbakti pada orang tua adalah menaati dan mendahulukan perintahnya, berakhlaq yang mulia di hadapannya, menjalin hubungan dengan koleganya dan selalu mendoakannya baik semasa hidup dan lebih utama lagi setelah wafat.
3. Berbakti pada orang tua merupakan suatu kewajiban baik di kala mereka berada di usia senja atau pun di usia muda. Terutama ketika usia senja karena secara fisik mulai menua dan rentai dengan berbagai penyakit, Ketika itu orang tua butuh perhatian dan bantuan dari anak-anaknya yang sudah dewasa.
4. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar. Sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi :
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ؟ ثَلَاثًا، قالوا: بَلَى يا رَسُولَ اللَّهِ، قالَ: الإشْرَاكُ باللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ – وَجَلَسَ وَكانَ مُتَّكِئًا فَقالَ – أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، قالَ: فَما زَالَ يُكَرِّرُهَا حتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ .
الراوي : أبو بكرة نفيع بن الحارث | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري
الصفحة أو الرقم : 2654 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح
Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3 kali. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua. Rasulullah sedang bersandar lalu duduk, maka berkata Rasulullah: Tidak mengatakan kebohongan dan kesaksian palsu. Beliau terus mengulainya sampai kami berkata semoga beliau berhenti. (HR. Bukhari 2654).
Hadits tersebut menegaskan bahwa dosa durhaka kepada orang tua disebutkan setelah dosa syirik. Ini menunjukkan betapa besar dan fatalnya dosa durhaka kepada orang tua tersebut. Dampak dosa kepada kedua orang tua biasanya tidak menunggu di hari penghisaban, namun di dunia telah dikasih balasan awal dan digenapkan dosanya di akhirat kelak. Contoh kasus Alqomah dan Malin Kundang.
Bakti kepada orang tua adalah wasilah untuk bisa masuk surga dari pintu terbaik. Berikut kisah Iyas bin Muawiyah ketika ibunya wafat, Iyas meneteskan air mata, lalu beliau ditanya oleh seorang sahabat tentang sebab tangisannya, Jawabnya, “Allah bukakan untukku beberapa pintu untuk masuk surga, sekarang, satu pintu telah ditutup.” Begitulah, orangtua adalah pintu surga, bahkan pintu yang paling tengah di antara pintu pintu yang lain. Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
الراوي : أبو الدرداء | المحدث : الترمذي | المصدر : سنن الترمذي
الصفحة أو الرقم : 1900 | خلاصة حكم المحدث : صحيح
Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Turmudzi 1900, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi menjelaskan hadis tersebut sebagai berikut :
وقال القاضي البيضاوي؛ والمعنى أن أحسن ما يتوسل به إلى دخول الجنة ويتوسل به إلى وصول درجتها العالية مطاوعة الوالد ومراعاة جانبه , وقال غيره : إن للجنة أبوابا وأحسنها دخولا أوسطها , وإن سبب دخول ذلك الباب الأوسط هو محافظة حقوق الوالد
Al-Qadhi Baidhawi mengatakan, “Makna hadis, bahwa cara terbaik untuk masuk surga, dan sarana untuk mendapatkan derajat yang tinggi di surga adalah mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya. Ada juga ulama yang mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nnyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu itu adalah menjaga hak orang tua. (Al-Baidhawi, Tuhfatul Ahwadzi, 6/21).
(***)
Featured image nyekolah.com