Mak Meugang, Tradisi Menyambut Ramadhan di Aceh

Oleh : Jufri, S. Ag

BANDA ACEH_Indonesia memiliki kekayaan tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah tradisi Mak Meugang di daerah berjuluk Serambi Mekah, yakni provinsi Aceh.

Uroe Mak Meugang atau Hari Mak Meugang dilaksanakan pada dua hari menjelang Ramadhan. Namun puncaknya jatuh pada hari kedua atau satu hari sebelum bulan puasa. Adapun maksud Uroe Mak Meugang adalah hari penjualan dan pembelian daging atau dalam bahasa Aceh disebut dengan uroe meukat dan jak blo sie.

Tumpah ruah masyarakat di arena Mak Meugang (dok)

Bila tiba hari Mak Meugang maka disepanjalang jalan di kabupaten/kota di provinsi Aceh terlihat ramai karena tumpah-ruahnya masyarakat yang mengunjungi lapak pedagang daging sapi dan kerap menimbulkan kemacetan lalu-lintas.

Daging sapi dijual di atas lapak berupa meja kayu yang dilengkapi dengan gantungan daging sehingga dapat dilihat jelas oleh para pembeli. Harga daging pada hari ini berkisar antara Rp. 150 – 175 ribu perkilogram. Zulkifli, seorang pedagang daging menggantungkan daging sapi dilapaknya yang berukuran 1 x 2,5 m.

“Rata-rata setiap pedagang memotong 3 sampai 4 ekor sapi. Keuntungan yang kami peroleh sekitar Rp 2,5 juta perekor,” demikian ujarnya sambal tersenyum sumringah.

Suasana di bursa daging sapi Mak Meugang (dok)

Umumnya para pedagang berjualan mulai pagi sampai menjelang maghrib atau sampai habis terjual semua dagangannya.

Masyarakat membeli daging sapi dalam jumlah yang berbeda antara 1 – 10 kg. Mereka yang membeli di atas 2 kg pada umumnya ada yang diberikan kepada kedua orang tua, anggota keluarga yang kurang mampu, ataupun sedekah untuk fakir miskin.

Daging yang dibeli oleh masyarakat, dimasak dengan menu ciri khas  masakan Aceh. Misalnya : masakan kuah beulangong (masakan gulai daging), masakan kecap, masakan sie reubus (daging rebus dengan rasa pedas dan sangat enak).

Tradisi Mak Meugang ini memberikan nuansa yang sangat Islami. Terjalin ukhuwah antarmasyarakat, perekonomian tumbuh dengan baik, pembentukan komunikasi yang harmonis dalam keluarga, serta terjalinnya kepedulian terhadap kaum fakir dan miskin. Perayaan hari Mak Meugang ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dan tradisi masyarakat Aceh tumbuh dengan baik. (jufri)

**

Penulis adalah guru PAI pada SMA Inshafuddin Banda Aceh dan Pengurus DPW AGPAII Aceh

 

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia