MENAKAR CALON JUARA DEBAT FESTIVAL PAI 2022

Tangsel_Babak penyisihan dan semifinal Lomba Debat Festival PAI 2022 telah usai. Babak ini menyisakan 6 juara grup yang dipastikan akan bertemu di grand final. Dikutip dari laman https://kemenag.go.id/ dari awal babak penyisihan dapat dilihat betapa pola pikir siswa/i SMA/SMK peserta debat membuat Abdullah Faqih, Kasubdit PAI SMA/SMALB/SMK kagum. Menurutnya mereka memiliki pola pikir yang terstruktur dan sistematis. Ini menjadi keunggulan tersendiri sekaligus menandakan ada harapan generasi moderat mulai terwujud.

Berdasarkan surat Ditjen Pendis nomor B-2926/DJ.I/Dt.I.IV/HM.01/10/2022 tanggal 17 Oktober 2022 perihal Pengumuman Finalis Festival PAI SMA dan SMK Tahun 2022 yang ditandatangani Direktur PAI Amrullah, telah diputuskan finalis Lomba Debat, Lomba Proyek Inovasi Moderasi Beragama dan Lomba Cipta Konten Islami di Media Sosial.

Pada Lomba Debat tim yang berhak maju ke grand final adalah Kalsel (Juara Grup A), Jateng (Juara Grup B), Kaltara (Juara Grup C), Gorontalo (Juara Grup D), DIY (Juara Grup E), dan Jatim (Juara Grup F).

Lomba debat gelaran Sub Direktorat PAI SMA/SMALB/SMK ini dapat dikatakan lomba bergengsi. Peserta tidak hanya harus memiliki wawasan akan tetapi akan bertemu dengan argumen dan serangan dari lawan debat yang harus dijawab pada saat itu juga. Tentu hal ini membutuhkan ketrampilan berfikir yang sistematis, terstruktur dan keputusan yang tepat dan cepat untuk menjawab.

Debat juga sebagai wujud pola berfikir kritis yang menjadi salah satu keunggulan abad 21. Pola berfikir ini pada debat berguna untuk menguliti mosi dan menyerang balik lawan.

Pada tulisan ini penulis akan membedah perlombaan debat dalam dua tinjauan. Pertama pada sistem lomba dan kedua pada potensi para finalis pemegang tiket grand final.

Sistem Lomba

Berdasarkan brosur yang dikeluarkan Panitia, lomba debat ini menggunakan sistem gugur. Dikutip dari laman https://id.wikipedia.org/ sistim gugur atau sistem knockout (KO) adalah format turnamen yang melibatkan seluruh peserta pada awal lomba. Peserta yang kalah langsung tersingkir dari turnamen, sedangkan tim yang menang melaju ke putaran atau babak berikutnya, sampai ada yang mengalahkan. Sistem ini dikenal juga dengan istilah single-elimination system.

Bila peserta berjumlah genap maka seluruh peserta mendapat kesempatan bertanding dalam jumlah yang sama. Namun bila peserta berjumlah ganjil maka pada awal pertandingan terdapat peserta yang harus bertanding dari putaran pertama, sementara tim lainnya mendapat bye atau hak istimewa. Apa istimewanya? Ia berhak langsung bermain di putaran kedua.

Pada lomba debat ini terdapat 30 tim provinsi. Untuk mendapat peserta grand final yang berjumlah genap maka tim dibagi menjadi 6 grup, yaitu Grup A, B, C, D, E dan Grup F. Dengan demikian setiap grup terdiri dari 5 tim yang akan bertanding untuk meraih juara grup. Juara grup inilah yang nantinya berhak atas tiket grand final.

Dengan demikian pada setiap grup terdapat 2 tim yang harus menapak sejak putaran pertama, sementara 3 tim lainnya yang mendapat bye mulai bermain di putaran kedua.

Persiapan teknis sebelum bertanding di sebuah sekolah (dok)

Pengalaman Bertanding

Mungkin bagi sementara orang 3 tim bye diuntungkan dengan keistimewaan tersebut, tanpa bersusah payah dari putaran pertama ia melenggang ke putaran berikutnya. Bagi 2 tim non bye hal ini setidaknya membawa hikmah yakni memiliki pengalaman bertanding yang lebih banyak.

Pertanyaan berikutnya, apakah banyaknya pengalaman ini akan membawa kesuksesan melaju ke putaran berikutnya? Mari kita lihat.

Pada Grup A, di putaran pertama Bengkulu berhasil menyingkirkan Jambi, namun pada putaran kedua kandas di tangan Jabar.

Di Grup B, Sulbar berhasil mengungguli Lampung di putaran pertama namun kandas diputaran kedua setelah dikalahkan Jateng.

Sementara itu di Grup C, melalui pertarungan sengit NTB berhasil menyingkirkan Kaltim pada putaran pertama dan menjungkalkan DKI Jakarta di putaran kedua. Sayangnya harus bertekuk lutut dihadapan the new comer province Kaltara di putaran ketiga.

Pada Grup D, Sumut sukses menyingkirkan Sultra dan Sulteng, namun harus mengibarkan bendera putih kepada Gorontalo di putaran ketiga.

Nah, di Grup E, DIY sukses melibas Banten, Kep. Babel dan Sumsel hingga menjadi jawara grup.

Sedangkan di Grup F, Aceh berhasil membungkam Malut dan Riau sebelum akhirnya ditaklukkan Jatim di putaran ketiga.

Menilik tim yang merangkak dari putaran pertama tampaknya hanya DIY yang sukses melewati 3 putaran (baca: menaklukkan 3 tim) hingga menjadi juara Grup E.

Lalu pada tim yang mendapat bye bagaimana kelajuannya?

Finalis bye terdapat pada Grup A, B, C, D dan F. Juara-juara grup tersebut start bertanding di putaran kedua, dengan demikian sampai di putaran ketiga (juara grup) praktis hanya mengalahkan dua tim lawan.

Yuk kita lihat.

Pada Grup A, Kalsel berhasil mengalahkan Kepri dan Jabar. Sementara di Grup B Jateng sukses menyingkirkan Sulbar dan Kalbar. Adapun di Grup C Kaltara sukses mengungguli Maluku dan NTT.

Di Grup D Gorontalo berhasil menyingkirkan NTB dan Sumut dan pada Grup F Jatim berhasil mengungguli Sulsel dan Aceh.

Ini pengalaman bertanding mereka di lomba ini. Bagaimana pengalaman di daerah masing-masing selama penggodokan? Tentunya menjadi rahasia para mentor. Mereka memiliki cara masing-masing untuk untuk memoles timnya. Keistimewaan bye ini tidak serta merta membuat mereka berleha-leha, namun memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengasah “taji” timnya agar tetap tajam di meja debat.

Direktur PAI Amrullah didampingi Kasubdit SMA/SMALB/SMK Abdullah Faqih
memantau lomba debat (WAG Lomba Debat Ditpai 2022)

Skor Kemenangan Semifinal

Skor yang diperoleh dapat dijadikan indikator kekuatan tim. Makin tinggi skor yang diperoleh menandakan makin banyak poin yang diraih sebuah tim. Berarti pula tim tersebut makin banyak membukukan skor pada sekian banyak indikator penilaian dewan juri. Hal ini dapat dilihat pada skor yang mereka peroleh pada saat mengalahkan lawannya di putaran ketiga sebagai berikut.

Posisi pertama dibukukan oleh Jatim yang memperoleh skor 278, selanjutnya DIY (277), Kalsel (272), Gorontalo (269), Jateng (261), dan Kaltara (260).

Skor Head to Head

Demikian juga bila dibaca secara head to head, selisih skor dapat menunjukkan sulit atau mudahnya pemenang mengalahkan tim lawan. Makin tipis selisih skor kedua tim menandakan betapa sengitnya pertarungan berlangsung. Pemenang harus berjuang keras dalam mengalahkan lawan debat. Sebaliknya, makin jomplang (baca: makin besar) selisih nilai kedua tim menunjukkan semakin mudahnya sebuah tim mengungguli lawannya. Mari kita lihat.

Pada sisi ini Kalsel menduduki posisi pertama yang berhasil mengungguli Jabar dengan skor 272 – 251, selisih 21. Posisi kedua Gorontalo yang mengalahkan Sumut dengan skor 269 – 252, selisih 17. Posisi ketiga DIY yang mengalahkan Sumsel dengan skor 277 – 261, selisih 16.

Selanjutnya Jatim berada di posisi keempat yang mengalahkan Aceh dengan skor 278 – 265, selisih 13. Tempat kelima Kaltara yang mengungguli NTT dengan skor 260 – 255, selisih 5, dan posisi keenam Jateng yang mengalahkan Kalbar dengan skor 261 – 257, selisih skor 4.

 

Akumulasi Skor

Akumulasi skor juga menjadi perhatian penting analisis ini. Akumulasi skor merupakan jumlah total skor yang diperoleh tim pada semua putaran yang diikuti. Mari kita lihat jumlah total skor juara grup yang akan berlaga di grand final.

Posisi pertama diduduki DIY sebagai juara Grup E meraih skor 263 (putaran 1), 274 (putaran 2), dan 277 (putaran 3), dengan jumlah 814.

Posisi kedua diraih Jatim sebagai juara Grup F mengantongi skor 268 (putaran 2) dan 278 (putaran 3), dengan jumlah skor 546.

Posisi ketiga Gorontalo sebagai juara grup D yang berhasil meraih skor 257 (putaran 2) dan 269 (putaran 3), dengan jumlah skor 526.

Posisi keempat Kaltara sebagai juara Grup C yang berhasil meraih skor 260 (putaran 2) dan 260 (putaran 3), dengan jumlah skor 520.

Posisi kelima Kalsel sebagai juara Grup A yang memiliki skor 242 (putaran 2) dan 272 (putaran 3), dengan jumlah skor 514.

Dan posisi keenam Jateng sebagai juara grup B yang meraih skor 249 (putaran 2) dan 261 (putaran 3), dengan jumlah 510.

 

Kelebihan Individual

Seperti kita ketahui babak penyisihan hingga berhasil memunculkan juara grup semua tim dibuat “buta” terhadap peta kekuatan lawan hingga mereka bertemu. Penulis mengacungkan jempol terhadap tim fasilitator yang telah menginisiasi sistem ini. Hal ini penting disamping untuk menjaga orisinalitas gagasan dan menghindari pencontekan ide, juga sebagai tantangan bagi mentor tim untuk mencari terobosan agar timnya unggul. Para mentor meraba dalam kegelapan tentang kekuatan lawan. Tapi itulah seninya.

Hal ini akan berbeda jika sejak penyisihan laga ditonton semua tim, pasti taktik dan kekuatan masing-masing mudah terbaca. Demikian pula gagasan jawaban dan argumen dapat diketahui bahkan dicontek lawan. Namun hal ini dapat diatasi dengan mengambil mosi yang berbeda pada setiap putaran dan mengambil mosi yang sama sekali baru pada grand final.

Inilah diantara keunggulan bila dilaksanakan secara online. Disamping hemat biaya juga kerahasiaan terjamin.

Anggota tim yang berjumlah 3 orang tentu memiliki keunggulan masing-masing. Maka mentor akan memasang siapa yang cocok menjadi pembicara satu, kedua dan ketiga. Anggota tim yang pandai membuka pembicaraan, meletakkan kerangka berfikir sekaligus membuat closing statement tentu akan dipasang sebagai pembicara pertama. Pembicara kedua dan ketiga bolehlah memiliki kemampuan yang sama. Namun kemampuan rata-rata yang harus dimiliki semua pembicara selain wawasan adalah retorika. Dengan intonasi dan bahasa tubuhnya ia mampu meyakinkan dewan juri sekaligus membuat ciut tim lawan.

Penulis juga tidak berusaha bertanya kepada para mentor tim tentang bagaimana trik tim mereka. Mengapa? Karena jawaban mereka sudah dapat dipastikan “Rahasia, tunggu saja tanggal mainnya.”

Kembali ke pertanyaan awal. Siapa yang berpeluang menjadi jawara debat PAI 2022?

Tulisan ini hanya analisa diatas kertas berdasarkan data pada yang pertandingan yang sudah berlangsung dan ditulis menjelang istirahat malam. Tidak perlu dipercaya, cukup dibaca saja. Mari kita tunggu grand final Festival PAI tanggal 25 – 27 Oktober 2022 bersama mata lomba lainnya di tempat yang ditentukan panitia.

Selamat untuk para finalis, pastikan masing-masing bersiap diri untuk menjadi yang terbaik di antara 30 juara Lomba Debat. []

Sumber featured image : WAG Lomba Debat Ditpai 2022

#debatpai2022

 

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia