Depok_Dalam rangka mencetak Guru Muharrik (Penggerak) AGPAII menggelar Workshop Peningkatan Kompetensi Guru PAI. Kegiatan hasil kerjasama dengan INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini diselenggarakan di Hotel Bumi Wiyata Depok, Jabar, Jumat-Ahad (5-7/11).
“Kegiatan ini diiikuti 30 guru PAI SMA/SMK di wilayah Jabodetabek,” kata Ketua Panitia, Ahmad Budiman dalam laporannya. Menurut Budiman, workshop ini bertujuan untuk mencetak guru-guru PAI muharrik (penggerak) yang moderat. Terkait protokol kesehatan ia juga menuturkan bahwa semua peserta sudah divaksin dan melakukan tes Swab setibanya di hotel.
Sementara itu Ketua DPP AGPAII Mahnan Marbawi mengharapkan agar para peserta dapat menjadi insan-insan yang mampu menginspirasi dan menggerakkan guru-guru lain.
“Adalah sangat penting guru-guru PAI menjadi sosok yang mampu menjadi sumber inspirasi dan membuat guru-guru lainnya bergerak, namun tetap dalam bingkai moderasi beragama,” demikian tegas Mahnan.
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Waidl dari INFID menyampaikan bahwa pihaknya sangat senang bekerja sama dengan AGPAII dan siap mendukung program AGPAII yang sesuai dengan program INFID.
Kegiatan yang mengambil tema “Memperkuat Moderasi Beragama dalam Pembelajaran PAI” ini menghadirkan narasumber dari AGPAII yakni Mahnan Marbawi, Endang Zaenal, Kamaludin Sir, Nurdewi Afifah dan Ferry Ratnasari. Narasumber dari INFID Abdul Waidl dan Ahmad Izudin dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Workshop diampu oleh moderator Budi Mulia dan fasilitator Abd. Aziz Rofiq.
Selama tiga hari peserta mendapat materi-materi seperti Cinta Tanah Air, Islam Rahmatan Lil’alamin, Meneladani Rasulullah, Budaya Sekolah, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Digital, dll. Penyampaian materi tersebut dibungkus dalam metode-metode pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan bermakna. Dengan demikian peserta tidak merasa jenuh, aktif bergerak dan bekerjasama. Melalui kemasan kegiatan ini wujud “moderasi” tidak hanya dari materi melainkan pula dari metode pembelajaran yang dimainkan peserta. Alhasil peserta tidak hanya mendapatkan materi workshop tetapi mendapatkan juga metode pembelajaran, ice breaking dan suasana pembelajaran yang dapat diaplikasikan saat pembelajaran di sekolahnya. Beberapa metode pembelajaran yang mereka mainkan seperti kunjung karya (gallery walk), curah pendapat, testimoni, happy performance dan metode aktif-kreatif lainnya. Metodologi ini dimainkan dalam materi Budaya Sekolah dengan narasumber Nurdewi Afifah, seorang guru PAI yang kini menjabat sebagai Kasubag TU Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Pusat.
Untuk memperkuat kesan yang didapatkan pada materi narasumber, kepada peserta diberikan lagu-lagu yang sesuai materi, permainan dan tugas-tugas. Tugas yang dibuat peserta berupa karya-karya rupa kreatif dengan sedikit narasi seperti peta pikiran (mind mapping), pohon masalah (problem tree), dll. Sedangkan permainan yang diberikan menuntut pemecahan masalah dan manajemen konflik.
Sebagai guru yang berhadapan dengan generasi digital, peserta juga diajak Ferry Ratna mengeksplorasi beberapa aplikasi android untuk dikembangkan menjadi media pembelajaran digital.
Kelengkapan lain seperti pretest, postest dan rencana tindak lanjut (RTL), penilaian narasumber dan penyelenggaraan juga dikerjakan secara digital.
Selamat mencerahkan.
Guru Muharrik…saya pikir…saya yakin…saya bisa! Huuh hhaahhh…
***