MENUJU KONGRES: SIAPA SOSOK DIBALIK PEMBUATAN TAYANGAN VIDEO?

Jakarta_Secara umum kontak pertama manusia terhadap suatu obyek melalui mata. Karena itulah muncul ungkapan “dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali/dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”. Maka tidak mengherankan jika pada acara apapun tayangan apik selalu dibuat untuk mengenalkan bahkan menjadi karakter khusus suatu acara tersebut. Suguhan inilah yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum acara berlangsung agar mampu menghadirkan ketertarikan peserta.

Demikian pula dengan Kongres IV AGPAII. Rasanya tak akan tampak kemeriahan dan kemegahan acara jika tanpa tayangan. Mulai dari video pendek, bumper sampai pada produk tayangan lainnya akan menyambut peserta Kongres ini. Mungkin ketika melihat tayangan diputar akan terlontar kata “bagus, keren, luar biasa” dan ungkapan lainnya. Lebih dari itu kitapun harus mengetahui siapa yang membuat tayangan hebat itu.

Sesuai SK Panitia Kongres, panitia pusat (panpus) yang bertanggung jawab pada pembuatan tayangan adalah Tim Kreatif dengan Koordinator Dr. Muh. Ahsan, M.Kom. Tim ini bertugas sebagai pengarah, konsultan dan penyuplai bahan mentah kebutuhan produksi tayangan. Namun karena kesibukan sebagai pejabat struktural tanggung jawab ini ditangani oleh salah seorang anggota Tim Kreatif.

Di tingkat daerah pelaksana terdapat Tim Publikasi yang diantaranya menjadi eksekutor produksi tayangan-tayangan yang dibutuhkan. Tim ini dikomandoi Andrizal Ali, M.Pd.. Untuk pelaksanaan Kongres, panitia daerah (panda) menyiapkan video pendek, bumper yang menjadi partisi setiap acara, twibon, pamflet, poster, backdrop, spanduk dan suguhan grafis lainnya.

Menyiapkan video bukan perkara mudah. Tayangan ini harus menjadi magnet keingintahuan mengikuti Kongres. Sebelum acara tayangan harus mampu memikat hati. Di tengah kegiatan, tayangan dituntut mampu meningkatkan greget acara dan diakhir tayangan harus mampu memberikan sentuhan penutup yang memberikan kesan mendalam. Sekalipun acara telah berlalu namun ada kesan yang tertinggal bahkan terbawa peserta ketika kembali ke daerahnya. Dalam kuliner kesan ini dikenal dengan after taste, kopinya sudah habis namun rasanya tertinggal di dalam hati.

Beberapa sosok yang berada dibalik meja editing adalah Andrizal Ali, M.Pd. sebagai editor, Revi Asneli, SHI, M.Pd. sebagai narator, Zumfiardi, M.Pd. yang bertugas sebagai korektor naskah, dan Haryanto, S.Ag., M.Pd. yang rajin memberikan masukan naskah dan grafis.


Andrizal Ali di dapur videonya

Video yang tertayang pada Kongres ke-4 AGPAII ini terlahir dari sentuhan tangan Andrizal Ali. Mengetahui Kongres akan dihelat di daerahnya, guru PAI SDN 15 Sintuk Toboh Gadang, Kab. Padang Pariaman ini iseng-iseng membuat video promosi seperti trailer dan road to kongres untuk menyemangati teman-temannya.

Video yang dibuat bersama Revi Asneli sebagai pengisi suara ini ternyata mendapat applaus meriah saat ditayangkan pada rapat panda. Hal ini menarik perhatian Ketua DPW Rimelfi dan mendaulatnya untuk membuat video-video yang akan ditayangkan pada saat Kongres.

“Sebagai Tim IT DPW Sumbar saya merasa tertantang menunjukkan hasil karya saya bagi sebuah acara nasional yang bakal ditonton guru-guru PAI bahkan sampai ke luar negeri,” ujar Andrizal.

Ia mengawali pembuatan video dengan menganalisis susunan acara, konsep acara, isi dan maksud video dan bahan-bahan tayangan. Ia juga menyisipkan nuansa daerahnya dengan musik-musik dan pemandangan alam Minangkabau. Editing dilakukan di studionya.

“Editing saya lakukan dengan Adobe Premiere dan After Effect juga dari keluarga Adobe,” imbuhnya.

Diketahui Adobe Premiere adalah aplikasi perangkai video yang banyak digunakan para konten kreator. Aplikasi ini dikenal handal dan banyak menyediakan menu-menu editing yang dapat membuat video lebih greget  dan berkualitas. Sedangkan After Effect digunakan pada pembuatan film dan sentuhan akhir video.

Studio tempat memproduksi video Kongres

Pada proses penyusunan konsep Andri tetap berkoordinasi dengan tim panpus agar konten videonya tidak lari dari konsep DPP.

“Pada tahap ini saya banyak berkomunikasi dengan pak Rofiq dari Tim Kreatif pusat,” tambah Andrizal.

Untuk memperjelas tayangan video diisi dengan narasi. Sebagai pengisi suara Andrizal mengajak Revi Asneli sebagai narator. Wanita bersuara alto yang bertugas di SDN 11 Sintuk Toboh Gadang, Kab. Padang Pariaman ini membacakan naskah dengan suara altonya yang memikat.

Revi Asneli di studio rekaman

Kedua guru ini sudah lama bekerja sama. Mereka bersama dalam mengelola 3 kanal youtube sekaligus yaitu Buya Millenial (295 ribu subscriber), Lubuk Alung TV dan Palanta Movie (7,75 ribu subscriber) serta AGPAII TV Sumbar yang memiliki 3,98 ribu subscriber. Silakan cari dan jangan lupa comment, share dan subscribe…hehe…

Menjadi narator pada ketiga kanal youtube tersebut sebuah hal biasa. Namun mengisi suara pada video Kongres menjadi tantangan tersendiri. Terutama karena berkenaan dengan tokoh-tokoh penting Republik ini yang bakal hadir.

“Berkolaborasi menggarap video Kongres menjadi kebanggaan tersendiri,” ujar kandidat doktor ini.

Naskah yang dibacakan Revi dikoreksi terlebih dahulu oleh Zumfiardi. Logo Kongres Andri mendapatkan dari Junaidi Padusunan rekan satu timnya. Sementara itu Haryanto tetap memberikan masukan pada naskah dan grafis ditengah kesibukannya mengikuti PPG.

Hingga saat ini Andrizal bersama timnya telah membuat video opening ceremony dan 10 bumper video pejabat yang dijadwalkan hadir serta video selayang pandang sejarah AGPAII.

Pekerjaan ini sangat menyita waktu. Karena tidak dapat dikerjakan bersama iapun sementara merelakan menunda produksi video yang lain.

“Channel youtube saya untuk sementara tertunda produksinya,” demikian akunya. Namun ia tetap yakin bahwa yang sedang ia kerjakan akan memberikan manfaat bagi guru-guru PAI dan mendatangkan berkah.

Proses produksi yang ia lakukan tidak selamanya mulus. Editor ibaratnya adalah koki. Ia dapat memasak bila semua bahan sudah lengkap. Begitupun dengan Andrizal. Sebelum melakukan produksi semua bahan mentah videonya harus tercukupi. Misalnya video, gambar, narasi dan musik. Bila ada yang kurang maka dapat dipastikan akan mengganggu proses.

“Maka sebelum proses dilakukan semua bahan harus dipastikan terpenuhi,” ujar Andri.

Kualitas gambar juga harus ia perhatikan. Bila ada gambar yang kualitasnya tidak memenuhi syarat namun dibutuhkan maka harus diolah dulu menggunakan Photoshop. Ini merupakan proses yang berbeda dengan editing video dan menambah panjang mata rantai editing.

Bagi narator, organ suara merupakan modal utama. Beberapa kendala yang ditemui Revi diantaranya tiba-tiba batuk dan serak saat akan take rekaman. Mau tidak mau iapun harus menunda rekaman beberapa hari sampai suaranya kembali stabil.

Kendala lain bila lupa mengunci pintu studio yang mengakibatkan masuknya suara-suara lain seperti suara sepeda motor ataupun suara anak-anak. Maka rekaman ulangpun terpaksa dilakukan.

Di sela-sela menulis artikel ini penulis sambil berkomunikasi dengan Andrizal mengenai video yang sedang dibuatnya. Pukul 21.43 melalui WA ia mengirim 14 slot video yang dibuatnya, dan sepuluh diantaranya sudah dirender atau siap putar, sisanya dalam proses pembuatan. Hasil kerja keras yang patut dihargai setinggi-tingginya.

Memang sulit untuk menjadi sempurna. Namun lebih sempurna jika dapat menaklukan yang sulit.[]

Selamat berkongres…

Featured image disediakan oleh suara.com

#kongres_IV_AGPAII_2022
#agpaii_beyond_imagination
#agpaii_pengawal_ideologi_pancasila
#AGPAII_Beyond_Imagination_dan_Penguatan_Nilai_Pancasila

 

 

 

 

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia