Momentum Sumpah Pemuda

 

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

(Guru PAI SMAN 1 Cigombong Bogor)

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Quote Ir.Soekarno dalam Sumpah Pemuda ini menggelorakan semangat tiada henti betapa pentingnya peran pemuda.

“Syubbanul yauum rijaalul Gaad”

Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan, tulang punggung bangsa, pemuda adalah harapan bangsa, pemuda adalah masa depan bangsa. Kedudukan dan peran pemuda memang sangat vital di dalam pembangunan sehingga masa depan bangsa di tangan mereka. Di pundak merekalah harapan dan cita-cita bangsa di gantungkan sehingga pemuda di tuntut berperan aktif dalam garda terdepan pembangunan bangsa baik fisik maupun mental.

Untuk mengetahui gelora dan semangatnya para pemuda Indonesia kita tengok sejarah hari Sumpah Pemuda yang dikutip dari www.kemdikbud.go.id, berikut sejarahnya.

Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yaitu sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia. Kemudian, PPPI membuat gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda. Selain itu, kongres tersebut dibagi dalam tiga kali rapat yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Rapat pertama dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng pada Sabtu, 27 Oktober 1928. Pada saat itu, Soegondo sebagai pemimpin Kongres Pemudia Indonesia memberikan sambutan. Isi sambutannya adalah Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Kemudian, acara tersebut dilanjutkan oleh Moehammad Jamin. Ia memberikan uraian mengenai arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Pendapatnya bahwa ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua dilaksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoo pada Minggu, 28 Oktober 1928. Pada rapat tersebut membahas tentang masalah pendidikan. Kedua pembicara yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan. Mereka juga berpendapat bahwa harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.Anak juga harus dididik secara demokratis.

Rapat ketiga dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat. Pada rapat tersebut, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Ia menjelaskan bahwa gerakan kepanduan sejak dini, mendidik anak-anak disiplin dan mandiri karena hal-hal tersebut yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Para peserta Kongres di depan Gedung IC Jl. Kramat 106 Jakarta

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Peserta kongres menyambut lagu tersebut dengan sangat meriah. Kemudian, kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres.

Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi:

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,

TANAH INDONESIA.

 

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,

BANGSA INDONESIA.

 

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,

BAHASA INDONESIA.

Dari sejarah tersebut diikrarkanlah ikrar sumpah pemuda seperti di atas dengan sepenuh hati, segenap jiwa dan anggota badan yang akan menjadi bukti dan raihlah kemerdekaan Indonesia yang hakiki yaitu merdeka dari keterpurukan ekonomi, kemerosotan akhlak, mencerdaskan bangsa dan bangkit memajukan bangsa.

Hendaknya kita selalu bersyukur, alhamdulillah atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan sumpah pemuda. Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya. Bandingkan dengan era saat ini bagaimana kiprah para pemuda yang selalu ditunggu bangsa.

Sekarang, komunikasi dan sarana transportasi umum sangat mudah. Untuk menjangkau ujung timur dan barat Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja. Untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok-pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, tidak perlu menunggu datangnya pak pos hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya. Interaksi sosial dapat dilakukan 24 jam, kapanpun dan dimanapun tanpa batas.

Tetapi justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini, kita justru lebih sering berselisih paham, berdebat tak berujung, mudah sekali memvonis orang, mudah sekali berpecah belah, saling menyalahkan, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah, provokasi dan kebencian. Seakan-akan kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau, atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah, atau terhalang oleh tembok raksasa yang tinggi dan tebal sehingga tidak dapat ditembus oieh siapapun.

Padahal, dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul, berkomunikasi, bersilaturahmi dan berinteraksi sosial. Sebetulnya, tidak ada ruang untuk berselisih paham apalagi saling membenci dan menghujat, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik. Pentingnya menjunjung tinggi toleransi dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kita.

Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka. Karenanya pemuda harus bersatu karena ketegasan, lugas dan keberanian itulah sesungguhnya sang pemuda. Negara ini berdiri karena seluruh pemudanya bersatu, bahkan seandainya Indonesia tidak pernah ada, pemuda kita akan tetap bersatu dan memajukan bangsa ini. Penting untuk terus dikuatkan dan digerakkan.

Untuk itu maju terus pemuda Indonesia, pantang mundur, teruslah bergerak memperbaiki bangsa Indonesia dari keterpurukan dan bangkitlah selalu Indonesiaku.

Bergeraklah terus pemuda Indonesia karena dalam pergerakanmu ada keberkahan tiada tara.

Bogor, 27 Oktober 2021

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia