AGPAII, Majene – Gempa bumi tak mengenal soal terbiasa. Ketika getaran dan guncangan itu datang, seketika itu pula semua orang yang merasakan ketakutan dan tentu panik. Meski sejumlah cara yang diperingatkan oleh para cerdik pandai, sebagai cara yang mesti dilakukan saat gempa bumi terjadi, yang tak lain demi menghindarkan bahaya dan kejadian korban, namun berlari atau bergerak cepat adalah paling umum bisa dilakukan. Itu pun jika saat gempa terjadi orang masih sempat bergerak, jika sudah tak bisa lagi, tiada kata lain selain minta pertolongan: berteriak atau bahkan isak dalam hati.
Provinsi Sulawesi Barat sebetulnya lumrah dengan gempa bumi. Menilik sejarah, dalam lintasan waktu sudah pernah beruntun bumi berguncang dalam kekuatan skala tertentu.
Tiga tahun belakangan Sulawesi Barat merasakan gempa bumi: kejadian di Palu, Sulawesi Tengah dan di Kabupaten Mamasa sendiri. Terkini, pada Jumat, 15 Januari 2021, dini hari sekitar pukul 02 28 WITA gempa bumi terjadi begitu keras dengan kekuatan 6,2 magnitudo.
Gempa ini berpusat perairan masih dalam wilayah Kecamatan Malunda’, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Akibat gempa ini, sejumlah kecamatan di Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju terdampak besar: longsor, korban jiwa, dan kerusakan bangunan tak sedikit.
Akibat gempa ini membuat ribuan orang meninggalkan rumah, bahkan tak sedikit yang harus keluar dari kota Mamuju Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat yang paling dekat dari pusat kejadian gempa bumi di Malunda’.
Dikabarkan sejumlah media daring update Jumat, 22 Januari 2021, 91 orang meninggal dunia: 80 orang di Mamuju dan 11 orang di Majene. Dahsyat, dampaknya besar sekali, kita telah menyaksikannya di pelbagai canal informasi dan visual. Termasuk ketika Ibu Menteri Sosial Tri Rismaharini dan sejumlah petinggi di Jakarta datang ke daerah yang terdampak gempa.
Penjelasan pendek tentang trauma, ini merupakan “serangan” psikis atau kejiwaan yang terjadi akibat sebuah peristiwa yang traumatik (mengagetkan).
Solusinya, trauma healing. Cara ini menjadi salah satu kebutuhan vital bagi para korban bencana gempa bumi. Dengan begitu korban, khususnya anak-anak diharapkan bisa sembuh dari traumanya untuk seterusnya menjalani kembali kehidupannya, seperti sebelum mengalami bencana gempa bumi. Pasca gempa bumi di Sulawesi Barat pekan lalu, banyak orang tergerak membantu: uang, barang, obat, ilmu dan skil tertentu.
DPW AGPAII salah satunya, beserta jajaran pengurus dan Tim AGPAII peduli melakukan blusukan ke tenda pengungsi guna memberikan sumbangan dan melakukan trauma hiling bagi anak-anak korban gempa.
“Tidak gampang, tapi kami pengurus DPW AGPAII Sulawesi Barat coba berusaha menghilangkan trauma bagi anak-anak yang kini berdiam di posko pengungsian,” kata Sagusno Ketua DPW beberapa hari yang lalu.
Selain melakukan trauma hilling, Pengurus DPW AGPAII Sulawesi Barat juga memberikan bantuan Sembako kepada para pengungsi, ini sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan pengurus dan jajaran pada korban Gempa di wilayah Sulawesi Barat.
“semoga dengan bantuan ini bisa meringankan beban bagi saudara-sauda kita yang ada di pengungsian ini.” Ujar sagusno.
Bantuan ini akan diserahkan juga kepada korban Gempa yang ada di daerah Kabupaten Mamuju, serta guru-guru PAI yang menjadi korban gempa 6.2 SC.
Ady Sampurna Arifin
DPW AGPAII Sulawesi Barat