Oleh : Rakhmi Ifada, S.Ag,M.Pd.I
Guru SMAN 1 Cigombong Bogor
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Tidak selamanya dia benar, no body perfect dan jikapun ada kesalahan, sekecil apapun, harus dievaluasi serta diperbaiki.
Manusia jangan selalu merasa dirinya paling benar. Setiap kebijakan yang diambilnya pasti memiliki resiko sebagai persoalan efek keputusan yang dibuatnya. Tidak perlu melebar kemana-mana, dibahas ke sana kemari, mencari pembenaran yang menjadikan tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru akan memunculkan masalah baru. Sebagaimana contoh, seseorang yang belajar mengendalikan emosi akan diuji ketika menghadapi orang yang sedang marah. Marah akibat disalahkan dan ditegur karena kesalahpahaman.
Bisakah mengendalikan dirinya untuk tidak larut dalam kemarahan yang dimunculkan, atau sama posisinya ikut marah di dalamnya dan mencari pembenaran masing-masing?
Inilah pentingnya belajar. Belajar memutuskan masalah, belajar menahan diri, belajar mengendalikan emosi, belajar legowo menerima kesalahan dan siap belajar dari kesalahan untuk perbaikan diri.
Al insanu mahallul khata’ wannisyaan, manusia tak lepas dari salah dan kealpaan. Disadari atau tidak ketika manajemen hati belum tertata dengan baik, maka seseorang yang ditegur dan ada komplain dari pihak lain pasti akan mudah tersulut emosi. Tidak menyaring informasi dengan baik, menyalahkan pihak yang lain akibat efek aturan yang dibuatnya.
Seharusnya masalah dikembalikan pada titik awal, bahwa kritikan dan masukan yang datang seharusnya didengarkan baik-baik. Cermati titik kelemahannya, mana yang menjadikan salah atau dianggap benar, serta perbaiki ataupun meminta maaf dan saling memaafkan.
Kesalahan demi kesalahan yang terjadi, pasti karena adanya kesalahpahaman dan kurangnya fleksibilitas pihak yang (seharusnya) diperbaiki/dikritik. Perbaikan dilakukan agar ke depannya lebih baik lagi. Jadikan pengalaman sebagai guru yang paling baik.
Jika seseorang mau belajar dari kesalahan, belajarlah dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Belajar mengendalikan diri seyogyanya dapat menjadikan diri pribadi yang sabar dan bijaksana. Hadapi dengan senyuman, masalah bukan lagi masalah karena selalu ada penyelesaian dan menjadi baik kembali.
Selalu positif thinking dalam mensikapi kejadian dan tidak under estimate. Meningkatkan kapasitas pribadi yang rendah hati dan tidak mengikuti egonya sendiri. Jadikan pengalaman melalui setiap masalah demi masalah membuat seseorang semakin dewasa, matang berfikir dan selalu hati-hati dalam bersikap serta mengambil keputusan.
Sekali lagi, jadikan kesalahan untuk perbaikan, belajar dari pengalaman bahwa tidak semua manusia berfikiran sama dengan kita. Otak manusia berbeda-beda, karenanya penting bagi kita untuk saling menghargai, mengambil sisi positif dari semua kejadian dan belajar mendengarkan orang lain. Kembali menjadi pribadi yang baik dan selalu menjaga harmoni sebuah hubungan antar kita semua. (*)
Bogor, 4 Pebruari 2022