Oleh : Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I
(Guru Pelopor Moderasi Beragama SMAN 1 Cigombong Bogor)
Budaya di Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari agama, suku, etnis, tarian dan masih banyak lagi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Papua sampai ke Aceh.
Setiap budaya yang ada di Indonesia sangatlah menarik untuk dibahas karena setiap budaya memiliki perbedaan dan ciri khasnya masing-masing di setiap daerah. Keberagaman dalam jenis budaya inilah yang membuatnya sangat mudah menarik perhatian baik dari warga domestik maupun dari turis asing.
Sebelum masa pandemi, faktanya bahwa jumlah turis asing yang ingin mempelajari keberagaman budaya yang ada di Indonesia sendiri jumlahnya juga tidak sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Indonesia sangat menarik sekali untuk dipelajari oleh mayoritas masyarakat, baik yang berstatus sebagai warga domestik maupun yang berstatus sebagai turis asing. Tari-tarian adat yang membuat penontonnya berdecak kagum, rumah-rumah adat yang menggambarkan keunikannya masing-masing. Setiap kegiatan upacara adat mengandung arti dan makna yang mendalam bagi masyarakatnya, dan lagu-lagu daerah yang menimbulkan rasa ketertarikannya sendiri. Tentu saja hanya sebagian dari kebudayaan yang dimiliki Indonesia inilah yang dapat menarik minat dari para turis domestik maupun dari turis asing.
Budaya ramah tamah merupakan salah satu budaya dari masyarakat yang sudah begitu melekat dengan nama Indonesia.
Jadi, keramah tamahan masyarakat Indonesia patut menjadi perhatian untuk dipertahankan dan dibudayakan menjadi habitat tersendiri. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa, harus tetap menjaga budaya ramah tamah tersebut.
Sifat ramah dan terbuka masyarakat Indonesia kepada orang lain, khususnya orang-orang baru tentu juga menjadi salah satu faktor pendukung akan kemauan seseorang untuk diajari mengenai budaya lain. Sifat ramah inilah yang secara tidak langsung juga menjadi daya tarik tersendiri bagi turis asing maupun domestik untuk berkunjung ke Indonesia. Keramahan dan keterbukaan masyarakat Indonesia akan orang baru, jelas bukan suatu hal yang dapat dianggao enteng dan dipandang sebelah mata. Akan tetapi dampaknya sangat luar biasa besar terhadap sistem pariwisata yang ada di Indonesia saat ini masih terkendala pandemi.
Namun demikian, budaya Indonesia tetaplah menjadi budaya bangsa yang selalu ramah tamah, tersenyum, sopan santun, berkepribadian baik, tolong – menolong dan bergotong royong. Tidak dipungkiri lagi itu sebagai sikap budaya ramah bangsa Indonesia.
Sikap ramah tamah dan sopan santun ini tidak dipungkiri memang telah menjadi budaya bangsa. Di beberapa daerah tertentu sikap ramah dan sopan kepada orang lain bahkan sudah mendarah daging.
Warga Indonesia terbiasa untuk merespon orang lain dengan senyuman, baik kepada orang yang dikenalnya maupun tidak. Dimana hal ini seringkali menjadi suatu hal yang langka di tempat lain bahkan di negara selain Indonesia. Indonesia dapat menjadi contoh di mata negara-negara lain. Dengan begitu, kita sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya menjaga sikap ramah kita kepada orang lain dan meningkatkannya secara berkala, karena sifat ramah inilah dapat berdampak secara universal bagi negara Indonesia.
Kita lihat warga yang tinggal di pedesaan Indonesia sangatlah terbuka dan ramah. Jarang dan hampir tidak pernah warga desanya berprasangka buruk. Setiap orang asing dan tidak dikenal sekalipun diterima dengan baik. Prinsipnya, semua orang dianggap orang baik, sampai kemudian jika suatu ketika orang itu berbuat tidak baik, maka orang-orang akan bersama-sama mengucilkan atau mengusir orang tersebut.
Berbeda dengan masyarakat kota yang hidupnya di perumahan dengan sistem cluster. Setiap masuk perumahan cluster, setiap orang waspada dan dicurigai sebagai orang yang berpotensi berbuat jahat. Jadi, harus meninggalkan (atau menunjukkan) kartu identitas. Setelah diidentifikasi sebagai orang baik dari KTP yang diberikan kepada petugas keamanan gerbang perumahan, baru kemudian diterima dengan baik. Namun tetap sejatinya kita bertemu orang-orang baik dan ramah pula.
Ketika anak-anak muda bertemu orang tua salaman, cium tangan dan membungkukkan badan saat berjalan di depan orang yang lebih tua. Pernah pula ada suatu ketika pengendara sepeda turun dan menuntun sepedanya saat hendak melintas di depan orang yang lebih tua yang sedang duduk di sebuah ujung jalan sekalipun. Dan ini seharusnya dilestarikan hingga sekarang sebagai bentuk sikap ramah kita kepada orang tua atau orang yang lebih tua dari kita.
Ketika penumpang angkutan umum ikhlas memberikan kursi di kendaraan kepada anak-anak, orang tua dan ibu hamil. Pernah juga ketika anak-anak muda tanpa diminta mengantarkan sepasang kakek-nenek yang hendak menyeberang jalan ketika jalan raya ramai.
Situasi saat ini sudah berbeda jauh. Lihatlah anak-anak sekarang justru menarik gas sepeda motor lebih kencang saat melihat orang lebih tua hendak menyeberang jalan dan gak peduli. Pengendara mobil seringkali mengklakson terus menerus bising di jalanan, gegara macet dan tidak sabar. Bukan itu saja, para pemotor malahan nekat menerobos lampu merah, melintas di trotoar senaknya dan merampas hak para pejalan kaki. Benar sekali bahwa zaman sudah berganti dan makin maju. Namun, kemajuan zaman tidak dapat dijadikan pembenaran untuk berbuat semaunya. Sebab sejatinya, etika dan moral tidak bisa tergerus oleh perubahan zaman dan arus globalisasi.
Jadi, ditengah suasana gegap-gempita dan perubahan teknologi informasi yang mengglobal. Di tengah serangan-serangan hoax serta, di tengah upaya orang-orang asing menyerang jati diri santun dan budaya ramah ini, seyogyanya kita waspada dengan tetap ramah dan sadar bahwa kita adalah bangsa besar yang memiliki keagungan budaya. Kita tetap menjaga jati diri dan eksistensi sebagai bangsa yang ramah.
Dan di arus perubahan zaman sekarang ini merawat tradisi sopan santun dan mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan merupakan kegiatan yang harus terus dibudayakan. Mengapa? Karena arus globalisasi sekarang berita begitu cepat tersebar baik itu berita bagus atau buruk yang dengan mudahnya mempengaruhi generasi bangsa untuk bersikap apatis dan apologis. Budaya abai dan cenderung cuek, tidak peduli lingkungan seringkali menjadi sikap generasi muda saat ini. Pengaruh gadget sangatlah luar biasa membius generasi bangsa, menghabiskan waktunya dengan gadget yang cenderung konsumtif dan hedonis. Jadi, tugas utama kita adalah mengendalikannya dan memberikan contoh-contoh terbaik serta keteladanan hidup yang tentu saja harus kita mulai. Orang tua sebagai teladan pertama, selalu mengingatkan dan mencontohkan sikap yang baik di hadapan anak-anaknya. Guru-guru yang berada di sekolah memberikan pendidikan terbaik dengan bahasa yang santun dan ramah. Tokoh masyarakat dan pemimpin pemerintahan sebagai panutan di lingkungan masyarakatnya, selalu berbuat baik, melayani, amanah dan tidak korupsi. Sekali lagi kepada merekalah para generasi muda menjadikan yang bangsa terbaik dan negara ini menggantungkan harapan agar budaya ramah dan sopan santun terus membumi dari hari ke hari, kini hingga di masa yang akan datang.
Bogor, 7 Agustus 2021