Cigombong_Kerohanian Islam atau rohis SMAN 1 Cigombong, Bogor menggelar talk show remaja Islam, Sabtu (29/02). Talk show yang bertemakan Love Yourself, Not Your Ego, Increase Your Gratitude, Not Your Insecurity yang disingkat Logo Gravity ini menghadirkan narasumber Dr. Mahnan Marbawi, MA (Ketua umum DPP AGPAII).
Rohis yang memiliki nama An Nisa- Irema Al Muhajirin Smancigo ini juga mengundang perwakilan pengurus kelas X sampai XII di sekolah sendiri dan 25 perwakilan sekolah lain baik negeri maupun swasta di kecamatan Cigombong, Cijeruk dan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam dialog yang dihadiri remaja tersebut Mahnan menjelaskan bagaimana cara mencintai diri sendiri dan meningkatkan rasa syukur. Mengapa harus cinta? Karena cinta adalah perasaan manusia yang harus dihadirkan dalam hidup damai untuk mengasihi dan menyayangi sesama. Damai dalam ketenangan, tidak suka berselisih paham karena ego yang dikedepankan, bukan egomu yang didahulukan karena ego haruslah ada pengendalinya.
“Pertajam kepekaan sosial, empati, peduli, olah rasa, olah fikir, dan tidak bebal hati. Itulah cara untuk mengendalikan ego,” jelas Mahnan.
Hati itu bening dan suci. Demikian lanjutnya. Oleh karena itu jangan terkotori dan seimbangkan antara nafsu dan pikiran. Hati harus terus terjaga untuk selalu bersih dan berfikiran positif bukan prasangka.
Peserta dan narasumber berfoto usai dialog (dok)
Mahnan juga menekankan pentingnya menjaga perdamaian. Perdamaian dimulai dari rumah dengan berbagai cara, yaitu berbagi antar anggota keluarga, menjaga toleransi, rukun, tidak saling berselisih paham, bersikap rendah hati dan selalu membantu satu sama lain. Ia mengutip sebuah hadis bahwa seorang muslim yang baik adalah apabila orang lain merasa aman dari perkataan lisan dan perbuatan tangannya.
Sementara itu dalam rangka mensyukuri nikmat, dapat dimulai dari menggali potensi diri sendiri.
“Setiap individu pasti mempunyai kelebihan dan keunikan. Kelebihan yang kalian miliki harus menjadi alasan untuk bersyukur. Namun kenali juga kekurangan diri kalian,” tegas Mahnan.
Mengetahui impian dan harapan personal dapat menjadi patokan memahami diri sendiri. Mungkin bagi sebagian orang hal ini nampak tidak realistis karena sekadar berangan-angan, tapi bagi seorang yang ingin menemukan potensi diri, hal ini penting dilakukan. Sebab melalui proyeksi masa depan ini nantinya potensi diri akan keluar dan dapat terlihat saat proses meraih impian tersebut akan tercapai.
Yang kedua adalah mengenali kekurangan dan kelebihan diri. Kita harus tahu apakah kelebihan dan kekurangan ini relevan dengan personalitas kita atau tidak. Itulah mengapa tidak setiap kelebihan akan menjadi potensi diri yang mumpuni. Kelebihan mungkin lebih cenderung berkorelasi dengan bakat, tapi belum tentu juga hal itu berarti potensi diri. Beberapa kekurangan justru kadang kala dapat menjadi potensi diri jika hal itu menunjukkan relevansi secara simultan bagi seorang individu, sebagai koreksi dirinya.
Ketiga adalah, mengetahui kesukaan sendiri. Cara yang paling mudah untuk mengetahui relevansi satu hal terhadap potensi diri adalah tentang suka atau tidak suka. Seperti yang sudah disampaikan, setiap kekurangan belum tentu bukan potensi diri, seseorang bisa saja tidak bisa bermain olah raga di usia 7 tahun, tapi ia terus menyukai olahraga, bisa menjadi juara taekwondo, juara silat di sekolah hingga berkembang menjadi atlet nasional di usia 25 tahun misalnya.
Potensi diri adalah mengetahui persoalan apa yang disukai dan secara terus-menerus ditumbuhkembangkan dengan belajar giat, berlatih dan berketrampilan. Kekurangan tentu saja bukan hambatan bagi seseorang yang menyukai sesuatu hal. Potensi diri tidak mengenal lemah atau kuat, tetapi bagaimana ia suka untuk terus mengembangkan sesuatu secara terus-menerus digali dan ditumbuhkan.
Selanjutnya yang keempat adalah harus berani berbeda dari orang lain dalam hal yang positif. Perbedaan menjadi sebuah keunikan ketika yang ia miliki mampu memberikan warna lain di lingkungannya.
Terakhir jangan takut gagal. Kegagalan adalah awal kesuksesan. Berani gagal dan mencoba lagi harus terus dilakukan sehingga tercapai harapan yang diinginkan. Gagal, bangkit lagi dan jangan berhenti belajar dari kegagalan.
Menutup dialog, Mahnan menegaskan bahwa pribadi yang hebat adalah pribadi yang selalu bersyukur kepada Allah, humble, tawadhu, berakhlak mulia, istiqomah dalam beribadah serta menjaga perdamaian dengan orang lain. (rahmi ifada)
Bogor, 30 Januari 2022