Tidak Semua Orang Bahagia Di Hari Lebaran

Oleh : Beni Nur Cahyadi. S.Pd.I.M.Pd.M.H

Menjadi bahagia adalah keinginan semua orang. Sebab, perasaan ini bisa membuat seseorang merasakan ringannya kehidupan sehingga lebih menyenangkan dan bermakna
apalagi lagi setelah 30 hari berpuasa menahan hawa nafsu, lapar dan dahaga

Setiap orang memiliki definisi bahagianya sendiri. Dalam. Meng ekpresi kan diri dalam merayakan hari kemenagan di suasana lebaran. Ada yang mengatakan bahwa perasaan ini muncul sesederhana ketika melakukan atau mengingat hal-hal baik. Ada pula yang merasakannya saat telah sukses mencapai sesuatu
Banyak orang di sekeliling kita menginginkan dan menggapai sukses. Mereka mewujudkannya melalui beragam cara. Dari sekian banyak yang ada kemudian menerapkan tolok ukur sukses dengan materi yang melimpah, tingkat pendidikan yang tinggi, fisik yang bagus, karir yang cemerlang atau hal-hal lain.
Bagi saya, sukses adalah ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain. Bahagia bagi saya adalah ketika saya mampu bersyukur atas kesuksesan yang saya raih
dalam suasana suka cita meraih kemenangan dihari raya yang fitri ini tidak bisa di lepaskan dengan apa yang menjadi kebiasaan banyak masyarakat Indonesia pada umumnya adalah bersilaturahim berkunjung ke sanak saudara ataupun sebaliknya di kunjungi oleh sanak saudara namun keadaan ini tidak semua kondisi tahun demi tahun menjadi sebuah kebahagian bila kebahagian itu di nilai dari sudut sudut pandang yang lain karena tentu saja kondisi dari orang pertama orang akan berbeda dari tahun ke tahun contoh kondisi keuangan atau taraf hidup seseorang ada fase dimana seseorang mencapai kesuksesan secara finansial atau kesuksesan di dalam karir pekerjaannya yang meroket naik atau malah dalam kondisi yang sebaliknya yang menurun seperti hal nya roller coster yang kadang naik dan kadang turun, bahagia dimana ketika melihat semua kerabat dalam kondisi yang masing masing diantara mereka sedang naik karir namun pasti ada salah satu dari mereka mengalami hal yang sebaiknya hal lain yang bisa mengurangi kebahagian di hari lebaran adalah bilamana kita kehilangan salah satu anggota keluarga kita tentu saja peran peran seseorang sangat penting dalam keluarga kita masing masing masing contoh nya misalkan masih ada nenek yang biasa menyajikan hidangan makanan di hari lebaran yang sangat di tunggu tunggu dan lebaran tahun ini beliau sudah tidak bersama di tengah tengah kita pasti tentu saja hal ini sangat mengurangi kebahagian

Contoh lain adalah ketidak cocokkan dengan anggota keluarga lain nya hubungan manusia entah itu adik kakak sepupu ponakan tidak menjamin setiap tahun dalam kondisi yang baik pasti ada hubungan hubungan yang kadang ada percikan percikan ketidakcocokan dalam hubungan kehidupan ini meskipun dalam suasana lebaran ini memang sangat pas tentunya momentum untuk menyatukan dan mempererat jalinan silaturahim yang sempat renggang bahkan terputus namun tidak semua mampu di selesaikan pada momentum ini kita memerlukan waktu dan pas untuk menyelesaikan sendiri pada waktu yang berbeda yang tidk harus banyak orang mengetahui karena tentu saja lebaran banyak yang akan hadir dan datang.

Nah bagaimana sih cara kita memahami kondisi perasaan kita jika kita selalu berusaha memahami perasaan sahabat, keluarga atau pasangan tapi mereka tidak berusaha memahami kita? Marah, kecewa, sedih?
Ketika kita merasa orang lain tidak mampu memahami kondisi dan perasaan diri kita, maka akan timbul perasaan kesepian dan merasa tak bermakna. Penelitan dengan mengunakan fMRI juga membuktikan bahwa merasa dipahami oleh orang lain akan mengaktifkan neuron yang berhubungan dengan reward dan koneksi dengan lingkungan sosial. Hal inilah yang membuat kita merasa berharga dan bahagia.
Tak Semua Orang Mau Memahami Orang Lain pada situasi ketika kita bertemu dengan orang banyak ada yang tulus bahagia ada pula yang bersikap Berpura pura dan bersandiwara dalam menyikapi hal ini
Tidak semua energi yang kita miliki dapat digunakan untuk memahami segala macam perasaan ataupun permasalahan yang dimiliki orang lain. Beberapa dari kita mungkin saja tak bisa acuh terhadap kehidupan dan permasalahan orang lain, sehingga ketika kita melihat dan menghadapi perilaku seseorang kita mau mencoba memahami apa alasan-alasan psikologis dibaliknya. Kita mau terbuka dan tidak terburu-buru untuk menghakimi perbuatan seseorang begitu saja dengan berusaha mencari latar belakang struktural maupun sosio-cultural di balik setiap perilaku orang lain.

Namun, upaya untuk memahami orang lain tersebut seringkali melelahkan, baik secara mental maupun fisik. Memahami orang lain butuh atensi, awareness, dan analisis sosial yang tidak mudah. Hal ini membutuhkan perhatian pada setiap detil seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan juga dinamika kehidupannya. Praktek dan realita memang tidak semudah teorinya. Bahkan, penelitian mencatat bahwa akurasi seseorang dalam memahami orang lain tidak ada yang mencapai 50%. Akurasi seseorang dalam memahami orang lain hanya mencapai 20% pada kategori orang asing, 35% pada kategori teman dekat atau pasangan. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya memahami seseorang.

Maka kita tak bisa memaksakan semua orang bisa tampak bahagia atau bahagia tulus karena mereka juga memiliki permasalahan masing masing yang tak. Semua bisa kita ketahui latar belakang selama setahun terakir ini. []

Featured image disediakan kompas.com

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia