Tur Virtual Museum Islam : Membedah Kontribusi Islam bagi Australia

Jakarta_Islamic Museum Australia (IMA) menyelenggarakan tur virtual, Rabu (03/03/2021). Acara ini disiarkan secara langsung melalui akun facebook dan youtube milik Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Sehari sebelumnya Kedubes Australia telah mengundang guru-guru PAI, para siswa dan kolega melalui Ketum DPP AGPAII, Mahnan Marbawi.

Tayangan yang berlangsung selama 47.20 menit itu dipandu oleh Emma Bourke dari Kedubes Australia di Jakarta. Emma bersama dua petugas IMA memandu pemirsa menjelajah museum, yakni Sherene Hassan selaku Director of Education IMA dan Judan Aborman, seorang staf museum keturunan Indonesia.

Dijelaskan Emma, bahwa IMA merupakan museum Islam pertama di Australia dan berkedudukan di Melbourne. Museum ini dibangun untuk memberikan gambaran yang utuh tentang Islam.

Museum yang dibuka tahun 2014 ini pernah menyelenggarakan pameran di Jakarta dan Makassar (2019) dan disambut baik masyarakat Indonesia.

Pada tur virtual ini pemirsa diajak menyaksikan berbagai koleksi berupa artefak-artefak Islam bersejarah, benda-benda seni dan mempelajari kontribusi Islam terhadap masyarakat Australia. Tayangan ini juga membedah sejarah panjang hubungan pedagang Muslim Makassar dengan Australia yang terjalin sejak tahun 1700an. Pendaratan mereka di pantai utara Australia menimbulkan pertukaran budaya seperti bahasa dan seni. Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan dagang ini menjadi pengantar masuknya Islam ke Australia disamping oleh bangsa-bangsa lain.

Jurdan memperlihatkan model kapal padagang Muslim Makassar abad 18 (dok)

Pendatang dari Afganistan dan negeri sekitarnya juga turut membawa Islam ke Australia. Bangsa dari negeri bergurun ini diantaranya membawa hewan tunggangan unta yang kemudian dapat hidup di Australia.

Judan dan Sherene membawa pemirsa menelusuri lorong-lorong museum. Bangunan dengan arsitektur kekinian ini membuat suasana tur mengesankan. Seperti museum pada umumnya, IMA juga menerapkan jalur tetap yang mengantarkan pemirsa memahami isi museum secara utuh.

Pertama pemirsa diajak menuruni tangga yang langsung bertemu dengan Prophetic Family Tree atau pohon keluarga kenabian, hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti budaya, makanan halal dan lingkungan. Tur berlanjut melewati timeline sejarah Islam dunia menuju ke galeri kontribusi Islam terhadap peradaban dunia.

Pada galeri seni, Judan memperlihatkan batik tulis bermotif Parang. Kain batik yang terpasang di dinding ini merupakan sumbangan dari Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne saat museum dibuka.

Pada ruang berikutnya diperlihatkan berbagai hasil seni seperti seni lukis 3 dimensi dan karya seni lainnya. Di ruang ini juga terpajang beberapa foto masjid di Indonesia. Seperti mengenang kampung halaman ayahnya, Judan menjelaskan dengan fasih tentang foto sebuah masjid di Sumatera Barat jepretan seorang fotografer, Nathalia. Pada foto tersebut terlihat pemandangan khas masjid di pedesaan di sore hari dengan beberaapa anak sedang bermain bola di halaman.

Suasana di dalam museum (dok)

Galeri juga memajang sebuah foto masjid pertama di Australia yakni masjid Marree di Australia Selatan yang dibangun tahun 1861.

Selama tur, Sherene dan Jurdan menjawab pertanyaan-pertanyaan pemirsa. Seperti latar belakang pendirian museum, dukungan masyarakat. Bahwa masyarakat Melbourne sangat mendukung pendirian museum. Jurdan menjelaskan lebih lanjut, bahwa museum ini dapat memenuhi rasa keingin tahuan masyarakat terhadap agama Islam.

Unsur modernitas museum sangat terasa. Jurdan memperagakan cara mendengarkan berbagai versi kumandang adzan dari berbagai belahan dunia.

Bagaimana Islam saat ini di Australia? Saat ini sudah banyak orang-orang terkenal seperti anggota parlemen, olahragawan dan selebrita lain yang beragama Islam. Diperlihatkan sebuah Al Quran yang digunakan oleh seorang anggota parlemen muslim. Demikian pula sepasang sepatu milik pemain footbal Australia terkenal yang didonasikan karena simpati terhadap kaum Muslim terkait peristiwa penembakan di Christchurch, Selandia Baru beberapa waktu yang silam.

Pada akhir tayangan Emma memberikan kuis dengan hadiah kenang-kenangan dari Kedubes Australia.

Pemirsa dapat mengunjungi IMA secara virtual melalui website dan medsos seperti Instagram IMA.

Diketahui bahwa IMA mulai dibangun oleh Desypher tahun 2010 dan dibuka tahun 2014. IMA digagas oleh pengusaha Muslim setempat yang juga CEO Australia Post, Moustafa Fahour. Hingga saat ini IMA dikunjungi lebih dari 50 ribu pengunjung, bukan hanya oleh kaum Muslim tetapi seluruh masyarakat yang menginginkan informasi lengkap tentang Islam di Australia sudah mengunjungi museum ini.

IMA memiliki 5 bagian yakni Islamic Faith, Islamic Contribution to Civilizations, Islamic Art, Islamic Arshitecture, dan Australian Muslim History.

Tayangan selengkapnya dapat dilihat Youtube https://youtu.be/IhAw_Snla10

(aar)

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia