Ucapanmu Perilakumu

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.
(Guru SMAN 1 Cigombong Bogor)

Ketika ada ucapan bahwa kamu akan dianggap gila karena mendirikan pabrik sepatu di komunitas yang tidak pernah pakai sepatu, sesungguhnya kamu adalah orang briliant yang mampu membaca kebutuhan pasar dan akan menjadikan komunitas itu bersepatu.

Ini artinya bahwa kita harus dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Terdapat kaidah dalam Bahasa Arab yang menyebutkan, ” Li kulli maqam maqal wali kulli maqal maqam”. Maknanya adalah setiap perkataan itu ada tempat terbaik dan setiap tempat memiliki perkataan (yang terucap) yang terbaik pula. Tidak setiap kata sesuai di setiap tempat, pun sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan perkataan yang diucapkan.

Berhati-hatilah sebelum kita bicara, dan ukurlah kemampuan menangkap perkataan dari orang yang kita ajak bicara. Berbicara dengan anak kecil tentu akan berbeda cara dibandingkan dengan  bicara dengan orang dewasa. Berbicara dengan remaja juga berbeda saat  berbicara dengan teman sejawat atau guru kita. Orang yang tidak terampil membaca situasi, walau niatnya benar, hasilnya bisa jadi kurang tepat.

Orang yang tidak dapat menempatkan dirinya, akan tidak diterima di lingkungannya bahkan menjadi pribadi yang kurang disukai karena ucapan dan perkataannya yang tidak sesuai penyampaiannya.

Berbicara dengan perkataan yang tepat itu menggunakan hati nurani saat berkomunikasi. Ada beberapa alasan mengapa hati perlu dihidupkan saat berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang tidak hanya memiliki akal tetapi juga hati yang berfungsi untuk merasakan dan menimbang sesuatu. Dengan kemampuan menimbang itu setiap kata atau sikap tidak hanya ditangkap oleh akal namun juga akan diolah oleh rasa dan akhirnya dapat disampaikan dengan baik.

Kata-kata yang disampaikan seseorang adalah cerminan isi hati seseorang. Setiap orang berpeluang untuk mengejawantahkan setiap pesan yang kita kelola dan sampaikan. Karena sesungguhnya kata-kata atau sikap adalah informasi tentang diri kita, tentang siapa kita dan bagaimana akhlak serta karakter yang kita bangun. Sebuah pesan akan membangun citra diri kita, siapa sesungguhnya kita.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan  untuk berbicara dan berinteraksi dengan hati  adalah membangun kepekaan atau sensitifitas diri kita terhadap sikap-sikap orang lain. Dengan mencermati bahasa tubuh orang lain saat mereka bicara dan berinteraksi dengan kita. Akan bisa kita lakukan sesuai kapasitas dan tingkat keilmuannya.

Sikap-sikap bahasa tubuh tersebut menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi dalam pikiran mereka saat berkomunikasi dengan kita. Karena bahasa tubuh adalah sebagai penjelas dan peneguh atas pesan-pesan verbal yang dikeluarkan oleh seseorang.

Kemudian perlihatkan kepedulian kita terhadap orang lain pada hal-hal sekecil apapun yang dilakukannya. Misalnya pada saat  dia sedang butuh sesuatu, maka tanyakan dan penuhilah kebutuhannya tanpa  harus dia memintanya. Karena dengan hal seperti ini kita dapat mempengaruhi orang lain berdasarkan kebutuhan mereka.

Selain itu perlu dioptimalkan indera kita dengan mengamati sikap dan tindakan komunikasi orang lain. Dengarkan dengan penuh antusias setiap perkataan mereka, menjadi pendengar yang baik itu sangat diperlukan. Mendengar secara aktif dan penuh perhatian. Artinya kita melihat dan mencermati dengan teliti sikap dan bahasa tubuh mereka tentang apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan.

Merasakan perasaan mereka dengan penuh empati, membantu kebutuhan mereka tanpa harus terlebih dahulu mereka mengungkapkannya. Dan mulailah dari kita untuk memulainya dan siap melaksanakan dari hal-hal yang kecil.

Semakin kita sering bertemu dan berbicara dengan orang lain, siapapun yang kita temui. Akan menjadikan kita terus belajar dan mengasah diri bahwa sesungguhnya ketika kita berbicara dan menyampaikan sesuatu dengan lawan bicara benar-benar harus disesuaikan dengan tempatnya.

Bogor, 18 Agustus 2022

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia