WEBSERIES 3 : GURU PELOPOR MODERASI

Menindaklanjuti program Moderasi Beragama, AGPAII kembali menggelar Webseries 3 Guru Pelopor Moderasi (GPM), Sabtu (4/9). Acara yang diselenggarakan secara daring ini diikuti guru-guru agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu dan guru madrasah yang tergabung dalam program MB. Hadir dalam acara ini Ketua DPP AGPAII, perwakilan Puslitbang Kemenag RI, UNDP dan Dr. Ina ter Avest seorang peneliti dari Belanda.
Para GPM memaparkan praktik baik yang telah dilaksanakan di sekolahnya. Para siswa melaksanakan kegiatan agamanya masing-masing namun dengan muatan perdamaian. Hal ini dilaksanakan di SMP Cikal Surabaya.

“Siswa pemeluk 5 agama di sekolah kami terbiasa menyelenggarakan kegiatan keagamaan bersama. Seperti manasik haji bagi siswa Muslim dan perayaan Natal bagi siswa pemeluk Kristen dan Katholik,” ukar Nur Kamalia, GPM SMP Cikal Surabaya.

Seorang GPM sedang memaparkan kegiatan MB di sekolahnya

Kegiatan yang kerap diliput media massa ini mampu menyuburkan sikap peduli, pemikiran terbuka, dan empati di kalangan siswa.

Sementara itu SMK Prestasi Agung Jakarta menerapkan prinsip “melayani bukan dilayani”. Hal ini diwujudkan dengan menyiapkan guru agama Kristen sekalipun siswa yang beragama Kristen hanya satu orang. Demikian dikatakan Pastur Spencer Hutapea.

Kegiatan MB di SMAN 4 Kendari dikoordinasikan dengan guru mapel Kewirausahaan. Siswa diajak memproduksi barang-barang yang dibutuhkan dan dijual pada acara Gebyar Hijriyah. Kegiatan ini diikuti oleh semua siswa dari berbagai agama dengan menampilkan karya-karya tulisan dan seni.

“Kami juga mengadakan gerakan sekolah menulis,” demikian dikatakan Chairunnisa, GPM dari SMAN 4 Kendari.

Azmil Amin (MTsN Kediri, Jatim) menyampaikan bahwa sekolahnya menerbitkan beberapa buku untuk menguatkan pemahaman tentang MB. Kegiatan-kegiatan MB dipublikasikan di media online milik sekolah seperti bakti sosial untuk semua agama.

Dengan memanfaatkan radio, SMPN 1 Cirebon menyiarkan program MB. Demikian dikatakan Asep Syaefurrohman. Selanjutnya siswa merangkum dalam catatannya.

Dalam tanggapannya, Ina ter Avest mengapresiapi program MB. Manurutnya pesan-pesan dama sudah diserukan sejak ribuan tahun yang lalu. Tugas kita saat ini adalah melestarikannya. Dalam paparannya ia mengutip kisah keramahan Ibrahim saat menerima malaikat yang bertamu kepadanya.

“Menghormati orang lain tidak mensyaratkan kedekatan,” demikian tandasnya. (*)

Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia