agpaiiweb_Memperkenalkan moderasi kepada warga sekolah dapat dilakukan dengan mengangkat kearifan lokal setempat. Salah satunya yang dilakukan oleh Nazlah GPM dari Kep. Bangka Belitung. Ia tertarik dengan adat nganggung yang sudah dilakukan secara turun-temurun di daerahnya.
Tradisi nganggung, menganggung, atau nganggung dulang adalah kegiatan membawa dulang berisi makanan dari masing-masing rumah penduduk ke suatu tempat pertemuan besar, misalnya masjid, langgar atau lapangan. Nganggung diadakan untuk merayakan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Muharram ataupun kegiatan lainnya.
Tradisi ini disebut juga sepintu sedulang, karena setiap rumah (satu pintu) membawa satu dulang yang berisi makanan. Dulang sendiri adalah wadah kuningan maupun seng yang digunakan untuk menempatkan makanan kemudian ditutup dengan penutup dulang.
Kearifan lokal yang sudah berlangsung bergenerasi ini memiliki pemaknaan kekeluargaan yang kokoh antar unsur masyarakat di daerah ini. Diketahui bahwa masyaraka Bangka Belitung sangat multikultural, bukan hanya dihuni suku Melayu, melainkan banyak yang berasal dari suku-suku yang lain, demikian juga dengan agamanya.
Tradisi nganggung di Bangka Belitung
Nazlah memandang bahwa nilai-nilai yang terkandung pada tradisi nganggung sesuai dan dapat digunakan untuk membumikan ajaran moderasi di SMAN 3 Pangkalpinang tempatnya bertugas. Oleh karenanya Nazlah mengajak siswa-siswanya yang memiliki latar belakang agama yang berbeda untuk melaksanakan nganggung pada hari-hari tertentu di sekolah. Mereka membawa makanan masing-masing kemudian dibacakan doa bersama, selanjutnya para siswa menyantap makanan bersama.
Namun demikian ada beberapa kegiatan lain yang dilakukan Nazlah untuk membumikan nilai-nilai moderasi di sekolahnya. Pertama, melaksanakan berbagai kegiatan yang melibatkan siswa seperti talk show, berpantun dan berpuisi, membuat kata-kata bijak, tulisan graviti, majalah dinding, dan kegiatan OSIS lainnya. Semua kegiatan tersebut memuat nilai-nilai moderasi, termasuk pula memasukkannya sebagai butir pada ikrar siswa yang dibacakan pada upacara bendera hari Senin.
Kedua, guru memasukkan penanaman nilai-nilai moderasi di dalam RPP dan evaluasi. Ketiga, menyemarakkan hari Jumat sebagai hari religius. Siswa muslim melaksanakan tadarus Al Quran dan siswa non muslim juga membaca kitab suci masing-masing dibimbing guru yang seagama.
Keempat, memberikan sumbangan kepada masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri. Kelima, memperkenalkan moderasi beragama kepada siswa baru pada saat MPLS dan menugaskan siswa untuk membuat kata-kata bijak tentang moderasi beragama. (*)