Oleh : Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.
(Guru SMAN 1 Cigombong Bogor)
Pepatah Arab “Man Jadda Wa Jada” memiliki arti barang siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti berhasil. Pepatan ini memiliki makna yang begitu dalam, tak heran bila kemudian ungkapan ini banyak dijadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan perjuangan dan lika liku. Untuk bersungguh-sungguh harus diawali dengan niat yang baik atas segala yang kita inginkan. Sebab, niat merupakan pondasi utama untuk membentuk komitmen dalam mewujudkan impian-impian dan cita-cita yang akan dicapai.
Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat secara istilah syar’i, yang dimaksud adalah berazam (berkehendak) mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah Swt karena letaknya niat itu di dalam hati (batin).
Niat maknanya bermaksud, berniat dan berkehendak yang letaknya di dalam hati. Ibnu Taimiyah mengatakan,“Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafazkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan kesepakatan para ulama.”
Niat yang diwujudkan dengan amal perbuatan, tekad dan semangat penuh kesungguhan mengerjakan sesuatu atau mengejar impian-impian, tentu saja akan melahirkan keberhasilan demi keberhasilan.
Kita ambil contoh jika seseorang bermimpi atau bercita-cita menjadi seorang penulis. Tentu tidak hanya niat saja menjadi penulis, harus diimbangi dengan kesungguhan banyak membaca, latihan menulis, mencoba menulis, terus belajar menuangkan ide-ide dan jika perlu pelatihan-pelatihan, workshop tips menulis mudah dan atau sejenisnya.
Ketika seseorang bermimpi menjadi pengusaha, pasti harus diiringi kerja giat, ketekunan, trik dan strategi menjadi wirausahawan yang cerdas untuk mewujudkannya. Ada perencanaan, target-target, kesungguhan dan keuletan didalamnya.
Penerapan kesungguhan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dijadikan pegangan hidup bagi banyak orang. Pepatah arab “Man Jadda Wa Jada” juga banyak mengilhami lahirnya karya-karya besar yang mengagumkan salah satunya dari dunia sastra Indonesia. Barangkali kita pernah membaca dan menonton film “Negeri 5 menara ” karya novel Ahmad Fuadi, seorang wartawan yang sebelumnya pernah menjadi santri di pesantren Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur.
Novel tersebut bercerita tentang persahabatan di Pondok Pesantren Madani Ponorogo, Jawa Timur dengan latar belakang budaya yang berbeda suku dan sangat beragam. Keenam sahabat dalam cerita tersebut sepakat berpegang teguh pada “Man Jadda Wa Jada”. Tentu saja cerita tersebut sarat dengan inspirasi tentang tekad, kerja keras, kegigihan dan rasa persaudaraan yang sangat kuat dalam persahabatan mereka.
Akhir-akhir ini pepatah ” Man Jadda Wa Jada” tak hanya populer di kalangan santri-santri yang tinggal di pondok pesantren tetapi juga oleh banyak kalangan yang tinggal di luar pesantren. Banyak dari kita juga yang turut serta mengilhami ungkapan tersebut dan menjadikannya pegangan hidup.
Diibaratkan sebuah kayu yang dipotong. Jika memotongnya dengan pisau yang tumpul, pasti perlu usaha keras untuk memotongnya. Berbeda jika kayu tersebut dipotong dengan pisau yang tajam, pastilah akan mudah memotongnya.
Nah, kita adalah ibarat pisau yang tumpul perlu kerja keras, usaha giat dan kemudian harus terus diasah, dilatih sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Selanjutnya pelajaran yang dapat kita ambil dari kata “Man jadda wajada” adalah menjadikan diri pribadi yang pantang menyerah, gigih, ulet, pribadi yang tangguh, bekerja keras, berikhtiar maksimal dan senantiasa berdo’a kepada Allah Swt. Akan membuahkan hasil yang baik jika sudah direncanakan dengan matang dan berhasil apabila kita tekun, rajin, sabar, ikhlas dan berharap ridha, menjalaninya karena Allah semata.
Firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat Al – ‘Ankabut : 69, yang artinya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk mencari keridhaan Allah Swt, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali cara-cara yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridhaan Allah Swt, asalkan semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan dengan penuh kesungguhan.
Oleh karenanya buah kesungguhan seseorang dalam bermimpi dan bercita-cita terhadap segala hal akan tercapai dan berhasil, jika bersungguh-sungguh mewujudkan impian dan meraihnya.
Impian yang terwujud menjadikan seseorang menjadi pribadi yang berhasil meraih cita-cita, merasa bahagia dan selalu bersyukur Alhamdulillah kepada Allah Swt atas keberhasilannya.
Tidak ada perubahan diri tanpa kesungguhan, keuletan dan kerja keras.
“Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya”.
Memaksimalkan potensi dengan terus berlatih, belajar giat mencapai prestasi yang diinginkan dan dicita-citakan. Selalu berikhtiar dengan penuh kesungguhan dan selanjutnya tawakkal berdoa kepada Allah Swt akan berhasil atas apa yang diikhtiarkan tersebut. (*)
Bogor, 7 Februari 2022
Featured image disediakan oleh pecihitam.org